FILSAFAT
UMUM
AWAL
PERKEMBANGAN FILSAFAT MODERN
KELOMPOK 6 :
Ahmad
Thoriq 12422007
Asri
Sefti
Yanti 12422014
Dede
Riansya Putra 12422017
Evi
Asriyani 12422029
Dosen
Pembimbing :
Kms. Badaruddin, MA
FAKULTAS ADAB DAN
HUMANIORA
PERPUSTAKAAN “A”
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN) RADEN FATAH PALEMBANG
2013
DAFTAR ISI
Daftar Isi...............................................................................................................................
i
Pendahuluan ....................................................................................................................... iii
PEMBAHASAN
A.
Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B.
Awal Perkembangan Filsafat Modern .................................................................. 2
1. Renaissance..........................................................................................................
2
2. Humanisme..........................................................................................................
5
C.
Abad Modern .......................................................................................................... 10
Kesimpulan .......................................................................................................................... 13
Daftar Pustaka.....................................................................................................................
14
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Tradisi pemikiran
Barat dewasa ini merupakan paradigma bagipengembangan budaya Barat dengan
implikasi yang sangat luas dan mendalam di semua segi dari seluruh lini
kehidupan. Memahami tradisi pemikiran Barat sebagaimana tercermin dalam
pandangan filsafatnya merupakan kearifan tersendiri, karena kita akan dapat
melacak segi-segi positifnya yang layak kita tiru dan menemukan sisi-sisi
negatifnya untuk tidak kita ulangi.
Ditinjau dari sudut
sejarah, filsafat Barat memiliki empat periodisasi. Periodisasi ini didasarkan
atas corak pemikiran yang dominan pada waktu itu. Pertama, adalah zaman Yunani
Kuno, ciri yang menonjol dari filsafat Yunani kuno adalah ditujukannya perhatian
terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan
asal mula (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya gejala-gejala.
Para filosof pada masa
ini mempertanyakan asal usul alam semesta dan jagad raya, sehingga ciri pemikiran
filsafat pada zaman ini disebut kosmosentris. Kedua, adalah zaman Abad
Pertengahan, ciri pemikiran filsafat pada zaman ini di sebut teosentris. Para
filosof pada masa ini memakai pemikiran filsafat untuk memperkuat dogma-dogma
agama Kristiani, akibatnya perkembangan alam pemikiran Eropa pada abad
pertengahan sangat terkendala oleh keharusan untuk disesuaikan dengan ajaran
agama, sehingga pemikiran filsafat terlalu seragam bahkan dipandang seakan-akan
tidak penting bagi sejarah pemikiran filsafat sebenarnya. Ketiga, adalah zaman
Abad Modern, para filosof zaman ini menjadikan manusia sebagai pusat analisis
filsafat, maka corak filsafat zaman ini lazim disebut antroposentris. Filsafat
Barat modern dengan demikian memiliki corak yang berbeda dengan filsafat Abad
Pertengahan.
Letak perbedaan itu
terutama pada otoritas kekuasaan politik dan ilmu pengetahuan. Jika pada Abad
Pertengahan otoritas kekuasaan mutlak dipegang oleh Gereja dengan
dogma-dogmanya, maka pada zaman Modern otoritas kekuasaan itu terletak pada
kemampuan akal manusia itu sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau diikat
oleh kekuasaan manapun, kecuali oleh kekuasaan yang ada pada dirinya sendiri
yaitu akal. Kekuasaan yang mengikat itu adalah agama dengan gerejanya serta
Raja dengan kekuasaan politiknya yang bersifat absolut. Keempat, adalah Abad
Kontemporer dengan ciri pokok pemikiran logosentris, artinya teks menjadi tema
sentral diskursus filsafat.
- AWAL
PERKEMBANGAN FILSAFAT MODERN
Berbicara tentang kelahiran dan
perkembangan filsafat pada awal nkelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan
perkembangan (ilmu) pengetahuan yang munculnya pada masa peradaban kuno (masa
Yunani) pada tahun 2000 sebelum masehi Babylon yang hidup di lembah sungai Nil
(Mesir) dan sungai Efrat, telah mengenal alat pengukur berat, table bilangan
berpangkat, table perkalian dengan menggunakan sepuluh jari. Piramida yang
merupakan salah satu keajaiban dunia itu, yang ternyata pembuatannya
menggunakan geometri dan matematika, menunjukkan cara berpikirnya yang sudah
tinggi. Selain itu merekapun sudah dapat mengadakan pengamatan benda-benda
langit,baik bintang,bulan,matahari,sehingga dapat meramalkan gerhana bulan
maupun gerhana matahari. Ternyata ilmu yang mereka pakai dewasa ini disebut
astronomi. Di India dan Cina pada waktu itu telah ditemukan cara pembuatan
kertas dan kompas (sebagai petunjuk arah).
Batas jelas mengenai kapan
dimulainya penghabisan abad pertengahan sulit ditentukan. Yang dapat ditentukan
ialah bahwa abad pertengahan itu telah selesai tatkala datangnya zaman
Renaisssance yang meliputi kurun waktu abad ke-15 dan ke-16 (bertens: 44). Abad
pertengahan adalah abad ketika alam pikiran dikungkung oleh gereja. Dalam
keadaan seperti itu kebebasan pemikiran amat sangat terbatas, perkembangan
sains sulit terjadi, juga perkembangan filsafat, bahkan dikatakan manusia tidak
mampu menemukan dirinya sendiri. Oleh karena itu, orang mulai mencari
alternative. Di dalam perenungan mencari alternative itu orang teringat pada
suatu zaman ketika peradaban begitu bebas, pemikiran tidak dikungkung, sains
maju, yaitu zaman dan peradaban Yunani kuno. Usaha ini sebenarnya telah dimulai
didalam karya orang-orang Italia di dalam kesusastraan, misalnya pada Petrarce
(1304-1374) dan Boccaccio (1313-1375).
1. Renaissance
Istilah Renaissance berasal dari bahasa Perancis.
Dalam bahasa Latin berarti “re + nasci” berarti
lahir kembali (rebirth). Istilah ini biasanya digunakan oleh sejarawan
untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi
di Eropa. Dan lebih khusus lagi di Italia, sepanjang abad ke-15 dan ke-16.
Istilah ini mula-mula digunakan oleh seseorang sejarawan terkenal, Michelet dan
dikembangkan oleh J. Burckhardt (1860) untuk konsep sejarah yang menunjuk
kepada periode yang bersifat individualism, kebangkitan kebudayaan antik,
penemuan dunia dan manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode abad
pertengahan (runes:270). Karya filsafat pada abad ini sering disebut filsafat
Renaissance (runes:271).(ahmad tafsir, 2010:124).
Oleh sejarawan, istilah tersebut digunakan untuk
menunjukkan berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di
Eropa. Dalam keadaan seperti itu kebebasan pemikiran amat dibatasi, sehingga
perkembangan sains sulit terjadi, demikian pula filsafat tidak berkembang,
bahkan dapat dikatakan bahwa manusia tidak mampu menemukan dirinya sendiri.
Oleh karena itu, orang mulai mencari alternatif. Dalam perenungan mencari
alternatif itulah orang teringat pada suatu zaman ketika peradaban begitu bebas
dan maju, pemikiran tidak dikungkung, sehingga sains berkembang, yaitu zaman
Yunani kuno. Pada zaman Yunani kuno tersebut orang melihat kemajuan kemanusiaan
telah terjadi. Kondisi seperti itulah yang hendak dihidupkan kembali. Orang
yang pertama menggunakan istilah tersebut adalah Jules Michelet, sejarawan
Perancis terkenal. Menurutnya,
Renaissance ialah periode penemuan manusia dan dunia dan bukan senagai
kebangkitan kembali yang merupakan permulaan kebangkitan modern. Bila dikaitkan
dengan keadaan, Renaissence adalah masa antara zaman pertengahan dan zaman
modern yang dapat dipandang sebagai masa peralihan, yang ditandai oleh sejumlah
kekacauan dalam bidang pemikiran. Di satu pihak terdapat Astrologi, kepercayaan
yang bersangkutan dengfan dunia hitam, perang-perang agama, dan sebagainya, dan
di lain pihak muncul lah ilmu pengetahuan alam modern serta mulai berpengarunya
suatu perasaan hidup baru. Pada saat itu muncul lah usaha-usaha penelitian yang
lebih giat yang pada akhirnya memunculkan sains baru.
Awal mula dari suatu masa baru ditandai oleh satu
usaha besar dari Descartes (1596-1650) untuk memberikan kepada filsafat suatu
bangunan yang baru dalam bidang filsafat, zaman Renaissance kurang menghasilkan
karya penting bila dibandingkan dengan bidang seni dan sains. Namun, diantara
perkembangan itu, terjadi pula perkembangan dalam bidang filsafat. Descartes
sering disebut sebagai tokoh pertama filsafat modern.
Sejak itu dan juga telah dimunculkan sebelumnya,
yaitu sejak permulaan Renaissance, sebenarnya individualisme dan humanisme
telah dicanangkan. Descartes memperkuat idea-idea ini. Humanisme dan
Indevidualisme merupakan ciri Renaissance yang penting. Humanisme adalah
pandangan bahwa manusia mampu mengatur dunia dan dirinya. Ini suatu pandangan
yang tidak menyenangkan orang0orang yang beragama. Oleh karena itu, zaman ini
sering juga disebut sebagai zaman Humanisme, maksudnya manusia diangkat dari
abad pertangahan.
Ciri utama Renaissance ialah Humanisme,
Individualisme, lepas dari agama (tidak mau diatur oleh agama), Empirisme, dan
Rasionalisme. Filsafat berkembang bukan pada zaman Renaissance, melaunkan kelak
pada zaman sesudahnya (zaman modern). Sains berkembang karena semangat dan
hasil Empirisme itu. Agama Kristen semakin ditinggalkan, karena semangat
Humanisme itu. Ini kelihatan dengan jelas kelak pada zaman modern. Pada zaman
modern filsafat di dahului oleh zaman Renaissance. Ciri-ciri filsafat
Renaissance ada pada filsafat modern. Tokoh pertama filsafat modern adalah
Descartes. Yaitu menghidupkan kembali Rasionalisme Yunani, Individualisme,
lepas dari pengaruh agama. Sekalipun demikian, para ahli lebih senang menyebut
Descartes sebagai tokoh Rasionalisme. (atang dan beni ahmad, 2008:339-340).
Pada zaman Renaissance ada banyak penemuan di bidang
ilmu pengetahuan. Di antara tokoh-tokohnya adalah :
1. Nicolaus Copernicus (1473-1543)
Ia dilahirkan di Torun, Polandia
dan belajar di Universitas Cracow. Walaupun ia
tidak
mengambil studi astronomi, namun ia
mempunyai koleksi buku-buku astronomi dan matematika. Ia sering disebut sebagai
Founder of Astronomy.
Ia mengembangkan teori bahwa matahari
adalah pusat jagad raya dan Bumi
mempunyai dua macam gerak, yaitu : perputaran
sehari-hari pada porosnya dan perputaran tahunan mengitari matahari. Teori itu
disebut Heliocentric menggeser teori Ptolemaic. Ini adalah perkembangan
besar, tetapi yang lebih penting adalah metode yang dipakai Copernicus, yaitu
metode mencakup penelitian terhadap benda-benda langit dan kalkulasi matematik
dari pergerakan benda-benda tersebut.
2. Galileo Galilei (1564-1642)
Galileo Galilei adalah salah seorang penemu terbesar
dibidang ilmu pengetahuan.
Ia
Menemukan bahwa sebuah peluru yang ditembakkan membuat suatu gerak parabola,
bukan gerak horizontal yang kemudian berubah menjadi gerak vertical. Ia
menerima pandangan bahwa matahari adalah pusat jagad raya. Dengan teleskopnya,
ia mengamati jagad raya dan menemukan bahwa bintang Bimasakti terdiri dari
bintang-bintang yang banyak sekali jumlahnya dan masing-masing berdiri sendiri.
Selain itu, ia juga berhasil mengamati bentuk Venus dan menemukan beberapa
satelit Jupiter.
3. Francis Bacon (1561-1626)
Francis Bacon adalah seorang filosof dan plitikus
Inggris. Ia belajar di Cambridge
University
dan kemudian menduduki jabatan penting dipemerintahan serta pernah terpilih
menjadi anggota parlemen. Ia adalah pendukung penggunaan Scientific Methods, ia berpendapat bahwa pengakuan tentang
pengetahuan pada zaman dahulu kebanyakan salah, tetapi ia percaya bahwa orang
dapat mengungkapkan kebenaran dengan Inductive
Methods, tetapi lebih dahulu harus membersihkan pikiran dari prasangka yang
ia namakan idols (arca). Bacon telah
memberi kita pernyataan yang klasik tentang kesalahan-kesalahan berpikir dalam Idols of the Mind. (ahmad tafsir,
1990:162).
2. Humanisme
Pada masa Renaissance muncul aliran yang menetapkan
kebenaran berpusat pada
manusia,
Yang kemudian disebut dengan Humanisme. Aliran ini lahir disebabkan oleh kekuasaan
gereja yang telah menafikan berbagai penemuan manusia, bahkan dengan doktrin
dan kekuasaan, gereja telah meredam para filosof dan ilmuwan yang dipandang
dengan penemuan ilmiahnya telah mengingkari kitab suci yang selama ini diacu
oleh kaum Kristiani.
Humanisme menurut Ali Syaryati (1992:39), berkaitan
dengan eksistensi manusia, bagian dari aliran filsafat yang menyatakan bahwa
tujuan pokok dari segala sesuatu adalah kesempurnaan manusia. Aliran ini
memandang bahwa manusia adalah makhluk mulia yang semua kebutuhan pokok
diperuntukkan untuk memperbaiki spesiesnya.
Ada empat aliran yang mengklaim
sebagai bagian dari Humanisme, yaitu :
1. Liberalisme Barat
2. Marxisme
3. Esiktensialisme
4. Agama
Liberalisme barat menyatakan diri sebagai pewaris
asli filsafat dan peradaban
Humanisme Dalam sejarah. Yang
dipandangnya sebagai aliran pemikiran peradaban yang dimulai dari Yunani kuno
dan mencapai puncak kematangan kesempurnaan relative pada Eropa Modern.
Teori Humanisme barat dibangun atas
asas yang sama yang dimiliki oleh mitologi Yunani kuno bahwa antara langit dan
bumi, alam dewa-dewa dan alam manusia, terdapat pertentangan dan pertarungan
sampai-sampai muncul kebencian dan kedengkian antara keduanya. Para dewa adalah
kekuatan yang memusuhi manusia. Seluruh perbuatan yang kesadarannya ditegakkan
atas kekuasaannya yang lazim terhadap manusia yang dibelenggu oleh kelemahan
dan kebodohannya. Hal ini dilakukan karena dewa-dewa takut menghadapi ancaman
kesadaran, kebebasan, kemerdekaan, dan kepemimpinan manusia atas alam. Setiap
manusia yang menempuh jalan ini dipandang telah melakukan dosa besar dan
memberontak kepada dewa-dewa. Karena pemberontakkannya itu, manusia dihukum
dengan berbagai siksaan yang amat kejam.
Berdasarkan hal itu, pertempuran
antara dewa-dewa dan manusia, pada dasarnya adalah pertempuran alam yang
berlaku atas kehidupan, kehendak dan nasib manusia. Dengan kekuatan,
kecerdasan, dan kesadarannya yang terus meningkat, manusia mencoba untuk
membebaskan dirinya dari cengkraman kekuatan tersebut, agar dia bisa menentukan
urusannya sendiri dan menjadi kekuatan paling berkuasa atas alam semesta ini.
Artinya, ia bisa menjadi wakil zeus yang
merupakan fenomena kekuasaan alam atas manusia.
Kesalahan barat yang paling serius
yang diatasnya ditegakkan bangunan Humanisme modern dunia mitologi Yunani kuno
yang bergerak di seputar jiwa yang terbatas, alami dan fisikal, dan dunia
spiritual yang sacral dalam pandangan agama-agama besar timur sekalipun ada
perbedaan esensial antara keduanya sebagai dunis yang sama dan menganalogikan
fenomena yang ada dalam hubungan manusia dengan ahuramazda, rhama, Tao, Yesus sang juru selamat, dengan hubungan
manusia dengan zeus, bahkan mereka menyatakan adanya kesamaan antara keduanya.
Padahal, mereka tahu bahwa kedua bentuk hubungan tersebut sepenuhnya berbanding
terbalik.
Pada mitologi Yunani Kuno pada terdapat bramateuf yang menghadiahkan “api ketuhanan” kepada
manusia, yang dicurinya dari pada dewa ketika mereka sedang tidur lelap, lalu
dibawaknya kebumi.Bramateus memproleh siksaan keras akibat dosanya itu. Adapun
dalam agama-agama terdapat malaikat besar, iblis, yang kemudian diusir dan
dilaknat oleh tuhan,karena ia mengingkari perintah Allah dan tidak mau bersujud
kepada Adam sebagaimana Malaikat lainnya.
Selanjutnya, ”api ketuhanan” itu ditemukan dalam
agama-agama dalam bentuk nur (cahaya, hikmah atau dakwah) dari langit yang
dibawak oleh para utusan ilahi untuk disampaikan kepada manusia, dan seterusnya
anak-cucu adam disuru untuk berkiprahdan berdakwah, takut (akan siksa ilahi)
dan berharap agar mereka terbebas dari kegelapan menuju cahaya. Berbeda dengan
zeus, dalam agama-agama, Tuhan berkhendak membebaskan manusia dari belenggu
tersebut adalah mengikuti “api bramateus”.Itulah sebabnya, bila dalam pandangan
Yunani Kuno yang memitoskan alam tersebut, humanisme mengambil bentuk sebagai
penentang kekuasaan para dewa, yakni Tuhan-Tuhan alam dan sesembahan mereka.
Berdasarkan itu hal itu,humanusme yunani berusaha untuk mencapai jati diri
manusia dengan seluruh kebenciandengan tuhan pengingkarannya atas kekuasaannya
serta memutuskan taliperhamban manusia dengan “langit”, ketika ketika ia
menjadikan manusia sebagai penentu benar atau tidaknya suatu perbuatan, dan menentukan
bahwa segala potensi keindahan itu terletak pada tubuh manusia.
Kosistensi humanisme seperti itu, manakala menampakkan
dirinya di depan “ langit “ ia pun berubah sosoknya menjadi bercorak bumi dan
menyimpang kearah materialisme atau pengagungan terhadap nilai-nilai
materialis. Itu sebabnya, humanisme, dalam pandangan Barat sejak Yunani kuno
hingga Eropa modern bermuara pada materialisme, dan menemukan nasibnya yang
tercermin dalam liberalisasi sains, peradaban Borjuis barat, Marxisme timadur.
Semua otu menyeret
humanisme yang mengagungkan manusia di barat untuk memilih bentuk dengan posisi
yang semakin meningkat penentangnya terhadap theisme, karena katolik abad
pertengahan menjadi agama masehi yang dipandangnya sebagai agama mutlak,
sebagai musuh humanisme, serta menciptakan pertarungan langit dan bumi yang
juga ada pada metologi Yunai dan Romawi kuno. Akibatnya, manusia sejalan dengan
interpretasi-interpretasi tentang Yunani “dosa asal “ dan pengusiran manusia
dari surga” dinyatakan sebagai mutlak
yang dipaksa tunduk kepada kehendak tuhan dan tertindas di muka bumi, serta
menyebutnya sebagai “pendosa yang lemah dan terkutuk” . yang memperoleh
pengecualian dari komunitas manusia seperti itu hanyalah lapisan kaum
pendekarvkarena pandang memiliki “roh tuhan” , dan bahwa satu-satunya jlan
menuju kebahagian yang harus ditempuh orang lain adalah taklik buta kepada
mereka, serta bergabung dalam lembaga resmi yang dikendalikan oleh suatu
institusi formal yang mengatas namakan diri sebagai wakil tuhan dimuka bumi.
Metode berfikir seperti inilah yang menyebabkan theisme
yang menjadi lawan humanisme, dan cara prealisasian kekuasaan tuhan ini, secara
paksa, digerakan diatas mazhab yang menjadikan humanisme sebagai korbannya.
Oleh karna itu, humanisme pada abad pertengahan betul-beul tertindas. Itulah
sebabnya fenomena-fenomena abad pertengahan merupakan ungkapan dari
lukisan-lukisan metafisik dan apa yang dibalik alam manusia: roh kudus, yesus
kristus, malaikat, mukjizat, dan sebagainnya. Walupun disitu terlihat wajah
manisnya, itu pasti wajah orang-orang suci. Itupun pasti dengan jubah yang
menutup kepala hingga mata kaki, dan lazimnya merekapun tersembunyi demikian
rupa, atau tenggelam dibalik cahaya malaikat. Inilah alasannya perhatian
sepenuhnya dalam estitika yunani dicurahkan pada tubuh manusia, dan bangunan
keindahan dipusatkan pada lekak-lekuk tubuh telanjang. Patung-patung dan
lukisan yunani yang mengemukakan keindahan kepada manusia dan menjadikan puncak
keindaha terletak pada tubuh telanjang, merupakan gaya yang muncul dari
humanisme seperi itu. Oleh karna itu, seni di eropa mengenal unsur-unsur
kemanusiaan.
Kalau kita bisa mengatakan bahwa humanisme pasca
renaissance di eropa modern merupakan kelanjutan dari humanisme yunani kuno,
kitapun bisa mengatakan bahwa mazhab langit yang ada dalam agama masehi abad
pertengahan juga merupakan kelanjutan dari mazhab langit dalam metologi yunani
dan romawi kuno, baik yang ada pada abad pertengahan maupun abad modern
sekarang ini.
Bagaimanapun, liberarisme barat yang borjuis maupun
komunis, kedoa duanya mengklaim bahwa tercapainya pengembangan potensi-potensi
manusia bisa dilakukan dengan cara pribadi dan kebebasan berfikir kepada
manusia dalam penelitian ilmiyah, mengemukakan pendapat, dan produk-produk
ekonomi. Adapun yang kedua mengklaim bahwa tujuan tersebut bisa tercapai dengan
cara tidak mengakui kebebasan-kebebasan filsafat dan memasungnya dalam
kepemimpinan diktator tunggal, yang di bantu kelompok tunggal, kemudian
membentuk manusia dalam sosok yang sama pula.
Akan tetapi filsafat dan rekayasa manusianya persis sama
dengan terkandung dalam filsafat borjuis-liberalis, yaitu meratanya borjuis
pada seluruh bangunan masyarakat.Tidakah menggelikan manakala kemudian
dikatakan bahwa denga demikian, marxisme jauh lebih borjuis daripada borjuisme?
Benar, memang mengelikan, dan itu dari sudut pandagan humanisme adalah
faktual.Sebagaimana halnya dengan liberalisme barat borjuis yang mengklaim
sebagai pewaris peradaban humanisme dalam sejarah, marxismepun mengklaim diri sebagai
metode untuk merealisasikan humanisme dalam bentuk manusia
sempurna.Eksistensialisme, mengajukan klaim lebih dari dua aliran sebelumnya,
seperti yang terlihat dalam ucapan sartre, “eksistensialisme adalah humanisme
itu sendiri,” dengan klaim seperti itu, otomatis eksistensialisme mempunyai hak
yang lebih besar dari pada dua yang tersebut terdahul.
Mengingat semua agama menyatakan bahwa atas dakwahnya
memberi petunjuk kepada manusia menuju kebahagiaan abadi, tidak bisa tidak, ia
memilh filsafat tersendiri tentang manusia. Serba musthil berbicara tentang
kebahagiaan manusia, sepanjang belum dijelaskan terlebih dahulu makna yang
definitif tentang manusia.Dengan demikian, semua agama dimulai dengan filsafat
pembentukan dan perekayasaan manusia. Berdasarkan hal itu, sejalan dengan
pandangan berbagai aliran pemikiran tentang manusia yang berkembang dewasa ini,
yang menganggap manusia sebagai jati diri atau sejenis itu, dan itu diklaim
sesuai dengan pandangan aliran masing-masing.
Pemikiran filsafat dapat diupayakan lebih bersifat
praktis, karena semakin pesatnya orang mngunakan metode induksi/eksperimental
dalam berbagai penelitian ilmiyah, akibatnya perkembangan pemikiran filsafat
mulai tertinggal oleh perkembangan ilmu-ilmu alam kodrat (natural sciences). Rene
Descartes (1596-1650) sebagai bapak filsafat modern yang berhasil melahrkan
sebuah konsep dari perpaduan antara metode ilmu alam denganilmu filsafat.
Upaya ini dimaksudkan agar kebenaran dan kenyataan
filsafat juga sebagai jelas dan terang. Pada abad ke-18, perkembangan pemikiran
filsafat mengarah kepada filsafat ilmu pengetahuan, dimana pemikiran filsafat
diisi dengan upaya manusia, bagaimana cara sarana apa yang dipakai untuk
mencari kebenaran dan kenyataan.
Sebagai tokohnya George Berkeley (1685-1753), David Hume
(1711-1776), J.Rousseaun (1722-1778). Dijerman muncul Cristian Wolft
(1679-1754) dan Immanuel Kant (1724-1804), yang mengupayakan agar filsafat
menjadi ilmu pengetahuan yang pasti dan berguna, yaitu dengan cara membentuk
pengertian-pengertian yang jelas, bukti yang kuat. Pada abad ke-19,
perkembangan pemikiran filsafat terpecah belah. Pemkiran filsafat pada saat itu
telah mampu membentuk suatu kepribadian tiap-tiap bangsa dan pengertian dan
caranya sendiri.Ada filsafat Amerika, Prancis, Inggris, Jerman, Tokoh-tokohnya
adalah Hegel (1770-18311), Karl Marx (1818-1883), Augst Comte (1798-1857),
JS.Mill (1806-1873), Jhon Dewey (1858-1952).
Demikian beberapa uraian tentang sejarah kelahiran
filsaft secara umum.Dengan adanya ragam variasi model peikiran filsafat
tersebut di maksudkan akan menciptakan suasana pikir generasi mendatang untuk
lebih kritis. Terpacu dan terinspirasi untuk mengimplementasikan pemikiran
filsafatyang kontekstual dengan perubahan zaman dimana ia tinggal. Karena
hakikatnya berfikir secara mendalam sampai hakikat, atau berpikir secara
global, menyeluruh, atau berpikir yang dilihat dari berbagai sudut pandang ilmu
pengetahuan. Berfikir yang demikian ini sebagai upaya untuk dapat berpikir
secara tepat dan benar serta dapat dipertanggung jawabkan.Dengan memahami
konsep yang mendasari sejarah kelahiran masing-masing pemikiran filsafat,
diharapkan dapat menjadikannya sebagai pandangan hidup, sebagai penjelmaan
manusia secara total dan sentral sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk
modoalisme (manusia secara kodrat terdiri dari jiwa dan raga).
C.
ABAD MODERN
Diera filsafat modern muncul berbagai aliran- aliran
pemikiran yaitu : Rasionalisme,
Empirisme,Kritisme,Idealisme,Positivisme,Evolusionisme,Materialisme,Neo- Kantianisme,Pragnatisme,Filsafat hidup,Fenomenologi,Eksistensialisme,dan Neo- Thomisme.
a. RASIONALISME
Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa
akal adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan karena suatu
pengetahuan dapat diperoleh dengan cara berfikir. Dalam aliran ini muncul
istilah Cogito ergo sum yang artinya adalah saya berfikir maka saya ada.
- EMPIRISME
Aliran empirisme beranggapan bahwa pengetahuan yang
bermanfaat, pasti dan
benar
hanya dapat diperoleh lewat indera (empiri) , dan empirilah satu- satunya
sumber pengetahuan.
- KRITISME
Aliran kritisme beranggapan bahwa diperlukan upaya agar
filsafat dapat berkembang sejajar dengan ilmu pengetahuan alam. Dan jalannya
yaitu dengan pemikiran yang kritis pada setiap gejala- gejala . Karena itu
dibutuhkan sebuah analisis.
- IDEALISME
Idealis pertama dalam pengertian modern ialah Berkeley yang
pada abad ke- 18 menolak eksistensi independen benda-benda. Idealisme adalah suatu aliran yang
mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya
dengan jiwa dan roh. Menurut aliran idealisme segala peristiwa didunia ini
hanya dapat dimengerti jika suatu syarat tertentu terpenuhi.
e. POSITIVISME
Positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari
fakta yang positif sesuatu yang diluar fakta atau kenyataan dikesampingkan
dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan.
f. EVOLUSIONISME
Aliran evolusionisme dalam pemikirannya memiliki konsep
tentang perkembangan segala sesuatu diatur oleh hukum- hukum mekanik, artinya
pada hakikatnya dimungkinkan adanya perkembangan manusia pada masa yang akan
dating terbentuknya lebih sempurna.
g. MATERIALISME
Aliran filsafat materialism memandang bahwa realitas yang
ada seluruhnya adalah materi belaka . Dalam pandangan materialisme tentang
manusia bahwa manusia adalah benda, seperti halnya kayu dan batu
yang pada akhirnya akan kembali kebentuk material asalnya
h. NEO- KANTIANISME
Herman Chohen, seorang tokoh neo- kantianisme mengemukakan
bahwa keyakinannya pada otoritas akal manusia untuk mencipta. Karena segala
sesuatu itu baru dikatakan ada apabila terlebih dahulu dipikirkan sehingga apa
yang dipikirkan akan melahirkan isi pikiran.
i.
PRAGMANTISME
Aliran pragmantisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa
yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan
akibat- akibat yang bermanfaat secara praktis. Artinya segala sesuatu dapat
diterima asalkan bermanfaat bagi kehidupan.
j.
FILSAFAT HIDUP
Filsafat hidup dipengaruhi oleh kemajuan iptek dalam
kehidupan manusia sehungga menimbulkan pandangan bahwa peranan akal piker hanya
digunakan untuk menganalisis sampai menyusun suatu sintesis baru.
k. FENOMENOLOGI
Fenomenologi berasal dari kata fenomen yang berarti gejala,
yaitu suatu hal yang tidak nyata. Suatu gejala tidak harus diamati oleh indera
karena gejala juga dapat dilhat secara batiniah dan tidak harus berupa
kejadian- kejadian. Pandangan aliran fenomenologi bahwa sebuah objek harus
diberi kesempatan untuk berbicara yaitu dengan cara diskriptif fenomenologi
l.
EKISTENSIALISME
Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang memandang
berbagai gejala yang berdasar pada eksistensinya. Artinya bagaimana manusia
bisa berada atau bereksistensi dalam dunia.
m. NEO- THOMISME
Aliran ini adalah aliran yang
mengikuti paham Thomas Aquinas . Paham thomisme yaitu pertama, paham yang
menganggap bahwa ajaran Thomas tidak sempurna. Kedua, paham yang menganggap bahwa
walaupun ajaran Thomas tidak sempurna masih terdapat hal- hal yang belum
dibahas. Ketiga, paham yang menganggap bahwa ajaran Thomas harus diikuti akan
tetapi tidak boleh dianggap ajarannya betul- betul sempurna.
KESIMPULAN
Rasionalisme adalah
suatu aliran dalam filsafat yang berpendirian bahwa sumber pengetahuan yang
mencukupi dan dapat dipercaya adalah akal. Rasionalisme tidak mengingkari peran
pengalaman, tetapi pengalaman dipandang sebagai perangsang bagi akal atau sebagai
pendukung bagi pengetahuan yang telah ditemukan oleh akal. Akal dapat
menurunkan kebenaran-kebenaran dari dirinya sendiri melalui metode deduktif.
Rasionalisme menonjolkan “diri” yang metafisik, ketika Descartes meragukan
“aku” yang empiris, ragunya adalah ragu metafisik.
Empirisme adalah suatu
aliran dalam filsafat yang berpendapat bahwa empiri atau pengalamanlah yang
menjadi sumber pengetahuan. Akal bukanlah sumber pengetahuan, akan tetapi akal
berfungsi mengolah data-data yang diperoleh dari pengalaman. Metode yang
digunakan adalah metode induktif. Jika rasionalisme menonjolkan “aku” yang
metafisik, maka empirisme menonjolkan “aku” yang empiris.
Ciri-ciri kritisisme diantarnya adalah
sebagai berikut:
•
Menganggap bahwa objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan pada
objek.
•
Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau
hakikat sesuatu; rasio hanyalah mampu
menjangkau gejalanya atau fenomenya saja.
DAFTAR PUSTAKA
Imron,
S.Ag.,M.A. 2013. Filsafat Umum.
Palembang: Noer Fikri
Q-Anees Bambang,A.Hambali. 2003. Filsafat Umum. Jakarta: Prenada Media
Achmadi, Asmoro. Filsafat Umum.
Cet. V; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.
thnk you, this article help my task 1.
AntwoordVee uit