Maandag 17 Junie 2013

NATURALISME DALAM FISAFAT

NATURALISME DALAM FISAFAT
Naturalisme merupakan teori yang menerima “nature” (alam) sebagai keseluruhan realitas. Istilah “nature” telah dipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam arti, mulai dari dunia fisik yang dapat dilihat oleh manusia, sampai kepada sistem total dari fenomena ruang dan waktu.
Natura adalah dunia yang diungkapkan kepada kita oleh sains alam. Istilah naturalisme adalah sebaliknya dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik terhadap alam dengan adanya kekuatan yang ada (wujud) di atas atau di luar alam ( Harold H. Titus e.al. 1984).
Materialisme adalah suatu istilah yang sempit dari dan merupakan bentuk dari naturalisme yang lebih terbatas. Namun demikian aliran ini pada akhirnya lebih populer daripada induknya, naturalisme, karena pada akhirnya menjadi ideologi utama pada negara-negara sosialis seperti Uni Soviet (kini Rusia) dan Republik Rakyat Cina (RRC).
 Materialisme umumnya mengatakan bahwa di dunia ini tidak ada kecuali materi, atau bahwa nature (alam) dan dunia fisik adalah satu.
Materialisme dapat diberikan definisi dengan beberapa cara antara lain:
1.       Materialisme adalah teori yang mengatakan bahwa atom materi yang berada sendiri dan bergerak merupakan unsur-unsur yang membentuk alam, dan bahwa akal dan kesadaran (consiousness) termasuk di dalamnya.
 Segala proses fisikal merupakan mode materi tersebut dan dapat disederhanakan menjadi unsur-unsur fisik.
2.      definisi tersebut mempunyai implikasi yang sama, walaupun condong untuk menyajikan bentuk matarialisme yang lebih tradisional. Doktrin tersebut dijadikan sebagai “energism” yang mengembalikan segala sesuatu kepada bentuk energi, atau sebagai suatu bentuk dari “positivisme” yang memberi tekanan untuk sains dan mengingkari hal-hal seperti ultimate nature of reality (realitas yang paling tinggi).
Democritus adalah seorang filosof Yunani Kuno yang hidup sekitar tahun 460-370 SM. Ia adalah atomis pertama, dia berpendapat.
Alam terdiri dari dua bagian yaitu:
1.      atom, bagian yang sangat kecil sekali dan tak terbatas jumlahnya, mempunyai kualitas yang sama, tetapi mengandung perbedaan yang bemacam-macang tentang besar dan bentuknya.
2.       ruang kosong di mana atom-atom tersebut bergerak.
Atom adalah terlalu kecil untuk dilihat mata, dan tak dapat rusak. Atom menggabungkan diri berkombinasi dengan cara bermacam-macam membentuk manusia, binatang, tanam-tanaman, batu-batuan dan sebagainya.
Jika atom itu dalam jumlah yang sangat besar bertabrakan serta terpental ke berbagai jurusan, timbullah bermacam-macam benda. Atom ini bersama gerakan-gerakannya di angkasa merupakan penjelasan tentang fenomena-fenomena.
Democritus merupakan seorang rasionalis yang mengatakan bahwa akal itu tahu benda-benda yang benar. Persepsi indra hanya memberi pengetahuan yang relatif.[1]
Materialisme moderen mengatakan bahwa alam (universe) merupakan kesatuan material yang tak terbatas; alam termasuk di dalamnya segala materi dan energi (gerak atau tenaga) selalu ada dan akan tetap ada.    Alam (world) adalah realitas yang keras, dapat disentuh, material, objektif, yang dapat diketahui oleh manusia. Materialisme moden mengatakan, materi ada sebelum jiwa (mind), dan dunia material adalah yang pertama. Sedangkan pemikiran tentang dunia ini adalah nomor dua.
Kelompok materialis, sebagaimana kelompok aliran-aliran lainnya tidak sepakat atas segala persoalan, atau tidak berpegang seluruhnya kepada persoalan-persoalan tersebut di atas. Dalam dunia sekarang,
Materialism dapat mengambil salah satu dari dua bentuk.
a.       Mekanisme atau materialisme mekanik (mechanistic materialism) dengan tekanan pada sains alam.
b.      Materialism dialektik (dialectical materialsm) yang merupakan filsafat resmi Rusia, Cina, dan kelompok-kelompok komunis lainnya di seluruh dunia.
Materialisme mekanik mempunyai daya tarik yang sangat besar oleh karena kesederhanaannya. Dengan menerima pendekatan itu, seseorang merasa telah dapat membebaskan diri dari problema-problema yang membingungkan yang selama beabad-abad. Apa yang riil (benar, sungguh-sungguh ada) dalam manusia adalah badannya, dan ukuran kebenaran atau realitas adalah sentuhan penglihatan dan suara, yakni alat-alat verifikasi eksperimental. (Juhaya S. Pradja, 1987)
Beberapa ahli berpendapat bahwa jika sains dapat menjelaskan segala sesuatu dengan sebab mekanik saja, akibatnya tak ada alasan untuk percaya kepada Allah dan tujuan dari alam.

 Hukum yang sama berlaku bagi manusia, binatang-binatang yang rendah dan planet. Kesadaran pikiran adalah hasil dari perubahan-perubahan dalam otak atau syaraf. Alam diatur dengan hukum fisik materi, walaupun hal itu menyangkut proses yang sangat kompleks dan halus dari akal manusia. Hidup hanya merupakan proses fisiologi dan hanya mempunyai arti fisiologi.
Banyak ahli filsafat, humanis, idealis, pragmatis, dan lain-lain Tapi banyak orang menyangsikan prinsip-prinsip mekanik untuk memberikan dasar yang memuaskan bagi penjelasan segala bahwa materialisme adalah suatu contoh dari reductive fallacy yang terjadi jika situasi yang kompleks atau suatu keseluruhan yang sederhana.
Contoh.
Ketika seorang materialis mengatakan bahwa akal itu adalah sekadar bentuk dari materi, para kritikus mengatakan bahwa ia melakukan suatu kesalahan yaitu reduction yang kasar.

A.    Naturalisme Dalam Pendidikan
Naturalisme dalam filsafat pendidikan mengajarkan bahwa guru paling alamiah dari seorang anak adalah kedua orang tuanya. Oleh karena itu, pendidikan bagi naturalis dimulai jauh hari sebelum anak lahir, yakni sejak kedua orang tuanya memilih jodohnya.
Tokoh filsafat pendidikan naturalisme adalah John Dewey, disusul oleh Morgan Cohen yang banyak mengkritik karya-karya Dewey. Baru kemudian muncul tokoh-tokoh seperti Herman Harrell Horne, dan Herbert Spencer yang menulis buku berjudul Education: Intelectual, Moral, and Physical.

Herbert menyatakan bahwa sekolah merupakan dasar dalam keberadaan naturalisme. Sebab, belajar merupakan sesuatu yang natural, oleh karena itu fakta bahwa hal itu memerlukan pengajaran juga merupakan sesuatu yang natural juga. Paham naturalisme memandang guru tidak mengajar subjek, melainkan mengajar murid.
Tujuan pendidikan paham naturalisme yang sangat terkenal yang diperkenalkan Herbert Spencer melalui esai-esainya yang terkenal berjudul “Ilmu Pengetahuan Apa yang Paling Berharga?”.
1.      Pemeliharaan diri;
2.      Mengamankan kebutuhan hidup;
3.      Meningkatkan anak didik;
4.      Memelihara hubungan sosial dan politik;
5.      Menikmati waktu luang.
Spencer juga menjelaskan delapan prinsip dalam proses pendidikan beraliran naturalisme.
1.      Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan alam;
2.      Proses pendidikan harus menyenangkan bagi anak didik;
3.      Pendidikan harus berdasarkan spontanitas dari aktivitas anak;
4.      Memperbanyak imlu pengetahuan merupakan bagian penting dalam pendidikan;


5.       Pendidikan dimaksudkan untuk membantu perkembangan fisik, sekaligus otak;
6.      Praktik mengajar adalah seni menunda
7.      Metode instruksi dalam mendidik menggunakan cara induktif;
8.      Hukuman dijatuhkan sebagai konsekuensi alam akibat melakukan kesalahan. Kalaupun dilakukan hukuman, hal itu harus dilakukan secara simpatik. (J. Donald Butler :tt)[2]












[1] H. Sirajuddin Zar, Filosof Dan Filsafatnya, Rajawali Pers, Jakarta, Hal 56-58.
[2] Wahyu Murtiningsih, Para Filusuf Dari Plato Sampai Ibnu Bajjah, Ircsod, Jogjakarta,
Hal 156 – 200.

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking