PENDAHULUAN
Dunia
barat pada zaman sekarang dibanding dengan dunia barat pada zaman dahulu sangat
berbeda jauh. Karena pada zaman sebalum terjadinya sebuah kejadian luar biasa
yang kita kenal dengan renaissance, dunia barat dalam keadaaan gelap gulita (Dark
Age) tanpa ada cahaya pengetahuan sedikitpun. Perkembangan ilmu pengetahuan
sangat dibatasi oleh gereja, sehingga pada masa itu, manusia berfikir secara
sempit dan terbatas oleh aturan-aturan gereja. Dapat kita bayangkan bahwa [ada
zaman itu pemikiranb manusia tidak dapat berkembang bebas dan maju dengan
pesat.
Akan tetapi, orang eropa semakin
mengerti akan pentingnya ilmu pengetahuan dan mencoba untuk melepaskan diri
dari belenggu gereja. Gerakan seperti ini semakain menguat dan berkembang
dnegan pesat setelah mereka sadar akan pentingnya ilmu pengetahuan. Karena
dengan ilmu pengetahuan mereka dapat menuju suatau masa yang lebih baik dan
lebih meju. Denban kesadaaran inilah mereka membuka halaman baru sejarah dan
menutup masa kegelepan yang selama ini telah mengikat dan membatasi kemajuan
mereka.
Gerakan renaissance merupakan
sebuah gerakan yang sanat berpengaruh dalam perkembangan dan kemajuan manusia
pada zaman itu hingga zaman sekarang. Dengan adanya gerakan ini manusia
mempunyai kebebasan dalam mengembangkan diri dalam segala aspek dan segi tidak
hanya dalam segi keagamaan saja, tetapi juga dalam segi ilmu pengetahuan, seni,
budaya, penjelajahan, filsafat, dan berbagai macam disiplin ilmu lainnya.
Pada masa Renaissance
muncul aliran yang menetapkan kebenaran berpusat pada manusia, yang kemudian
disebut dengan humanisme. aliran ini lahir disebabkan kekuasaan gereja
yang telah menafikan berbagai penemuan manusia, bahkan dengan doktrin dan
kekuasaannya, gereja telah meredam para filosof dan ilmuwan yang dipandang
dengan penemuan ilmiahnya telah mengingkari kitab suci yang selama ini diacu
oleh kaum kristiani
Begitu
besarnya pengaruh renaissance dan humanisme dalam kemajuan peradaban
manusia sehingga kita diruntut untuk dapat memahami semangat dan spirit yang
ada pada gerakan ini, sehingga kita tidak hanya mengapresiasi gerakan tersebut,
tetapi mampu mengaplkikasikan semangat dan spirit itu dalam kehidupan
kita sehari-hari menuju zaman yang lebih baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Renaisans / Renaissance
Renaisans berasal dari istilah bahasa Prancis renaissance yang
berarti kelahiran kembali (rebirth). Istilah ini biasanya digunakan oleh para
ahli sejarah untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual yang
terjadi di Eropa, khususnya di Italia sepanjang abad ke 15 dan ke 16.
Istilah ini mula-mula digunakan oleh seorang ahli sejarah terkenal yang bernama Jules Michelet,kemudian dikembangkan oleh J.Burckhardt (1860) untuk konsep sejarah yang menunjuk kepada periode yang bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan antik, penemuan dunia dan manusia sebagai periode yang di lawankan dengan periode Abad Pertengahan. Renaissance atau kelahiran kembali di Eropa ini merupakan suatu gelombang kebudayaan dan pemikiran yang di mulai di Italia, kemudian di Francis, Spanyol, dan
selanjutnya hingga meyebar ke seluruh eropa .
Istilah ini mula-mula digunakan oleh seorang ahli sejarah terkenal yang bernama Jules Michelet,kemudian dikembangkan oleh J.Burckhardt (1860) untuk konsep sejarah yang menunjuk kepada periode yang bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan antik, penemuan dunia dan manusia sebagai periode yang di lawankan dengan periode Abad Pertengahan. Renaissance atau kelahiran kembali di Eropa ini merupakan suatu gelombang kebudayaan dan pemikiran yang di mulai di Italia, kemudian di Francis, Spanyol, dan
selanjutnya hingga meyebar ke seluruh eropa .
Abad Pertengahan adalah abad ketika alam
pikiran di kungkung oleh Gereja. Dalam keadaan seperti itu kebebasan pemikiran
amat di batasi, sehingga perkembangan sains sulit terjadi, demikian pula
filsafat tidak berkembang, bahkan dapat di katakan bahwa manusia tidak mampu
menemukan dirinya sendiri. Oleh karena itu, orang mulai mencari alternatif
dalam perenungan mencari alternatif itulah orang teringat pada suatu
zaman ketika peradaban begitu bebas dan maju, pemikiran tidak di kungkung
sehingga sains berkembang yaitu zaman Yunani kuno. Pada zaman Yunani kuno
tersebut orang melihat kemajuan kemanusiaan telah terjadi.Kondisi seperti
itulah yang hendak di hidupkan kembali.
Pada pertengahan abad ke-14, di Italia muncul gerakan
pembaruan di bidang keagamaan dan kemasyarakatan yang dipelopori oleh kaum
humanis Italia. Tujuan utama gerakan ini adalah merealisasikan
kesempurnaan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan filsafat Yunani dengan
ajaran agama Kristen. Gerakan ini berusaha meyakinkan Gereja bahwa sifat
pikiran-pikiran klasik itu tidak dapat binasa. Dengan memanfaatkan kebudayaan
dan bahasa klasik itu mereka berupaya menyatukan kembali Gereja yang
terpecah-pecah dalam banyak sekte.
Tidak dapat di nafikan bahwa pada abad pertengahan orang telah mempelajari karya-karya para filosof Yunani dan Latin, namun apa yang telah di lakukan oleh orang pada masa itu berbeda dengan apa yang di inginkan dan di lakukan oleh kaum humanis. Para humanis bermaksud meningkatkan perkembangan yang harmonis dari kecakapan serta berbagai keahlian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan adanya kepustakaan yang baik dan mengikuti.
kultur klasik Yunani
Tidak dapat di nafikan bahwa pada abad pertengahan orang telah mempelajari karya-karya para filosof Yunani dan Latin, namun apa yang telah di lakukan oleh orang pada masa itu berbeda dengan apa yang di inginkan dan di lakukan oleh kaum humanis. Para humanis bermaksud meningkatkan perkembangan yang harmonis dari kecakapan serta berbagai keahlian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan adanya kepustakaan yang baik dan mengikuti.
kultur klasik Yunani
Para humanis pada umumnya berpendapat bahwa hal-hal yang
alamiah pada diri manusia adalah modal yang cukup untuk meraih pengetahuan dan
menciptakan peradaban manusia. Tanpa wahyu manusia dapat menghasilkan karya
budaya yang sebenarnya. Dengan demikian dapat di katakan bahwa humanisme telah
memberi sumbangannya kepada renaisans untuk menjadikan kebudayaan bersifat
alamiah.
Pada zaman ini berbagai gerakan bersatu untuk menentang
pola pemikiran abad pertengahan yang dogmatis, sehingga melahirkan suatu
perubahan revolusioner dalam pemikiran manusia dan membentuk suatu pola
pemikiran baru dalam filsafat. Zaman Renaisans terkenal dengan era kelahiran
kembali kebebasan manusia dalam berpikir seperti pada zaman Yunani kuno.
Manusia di kenal sebagai animal rationale, karena pada masa ini pemikiran manusia mulai bebas dan berkembang. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak di dasarkan atas campur tangan ilahi. Saat itu manusia Barat mulia berpikir secara baru dan berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan Gereja yang selama ini telah mengungkung kebebasan dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan.
Zaman ini juga sering disebut sebagai Zaman Humanisme. Maksud ungkapan tersebut adalah manusia diangkat dari Abad pertengahan. Pada abad tersebut manusia kurang di hargai kemanusiaannya. Kebenaran di ukur berdasarkan ukuran gereja, bukan menurut ukuran yang di buat oleh manusia sendiri. Humanisme menghendaki ukurannya haruslah manusia, karena manusia mempunyai kemampuan berpikir. Bertolak dari sini, maka humanisme menganggap manusia mampu mengatur dirinya sendiri dan mengatur dunia. Karena semangat humanisme tersebut akhirnya agama Kristen semakin di tinggalkan, sementara pengetahuan rasional dan
sains berkembang pesat terpisah dari agama dan nilai-nilai spiritual.
Manusia di kenal sebagai animal rationale, karena pada masa ini pemikiran manusia mulai bebas dan berkembang. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak di dasarkan atas campur tangan ilahi. Saat itu manusia Barat mulia berpikir secara baru dan berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan Gereja yang selama ini telah mengungkung kebebasan dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan.
Zaman ini juga sering disebut sebagai Zaman Humanisme. Maksud ungkapan tersebut adalah manusia diangkat dari Abad pertengahan. Pada abad tersebut manusia kurang di hargai kemanusiaannya. Kebenaran di ukur berdasarkan ukuran gereja, bukan menurut ukuran yang di buat oleh manusia sendiri. Humanisme menghendaki ukurannya haruslah manusia, karena manusia mempunyai kemampuan berpikir. Bertolak dari sini, maka humanisme menganggap manusia mampu mengatur dirinya sendiri dan mengatur dunia. Karena semangat humanisme tersebut akhirnya agama Kristen semakin di tinggalkan, sementara pengetahuan rasional dan
sains berkembang pesat terpisah dari agama dan nilai-nilai spiritual.
B. Karakteristik Renaissance
Renaissance
merupakan titik awal dari sebuah peradaban modern di Eropa. Essensi dari
semangat Renaissance salah satunya adalah pandangan manusia bukan hanya
memikirkan nasib di akhirat seperti semangat Abad Tengah, tetapi mereka harus
memikirkan hidupnya di dunia ini. Renaissance menjadikan manusia lahir ke dunia
untuk mengolah, menyempurnakan dan menikmati dunia ini baru setelah itu
menengadah ke surga. Nasib manusia di tangan manusia, penderitaan, kesengsaraan
dan kenistaan di dunia bukanlah takdir Allah melainkan suatu keadaan yang dapat
diperbaiki dan diatasi oleh kekuatan manusia dengan akal budi, otonomi dan
bakat-baktnya. Manusia bukan budak melainkan majikan atas dirinya. Inilah
semangat humanis, semangat manusia baru yang oleh Cicero dikatakan dapat
dipelajari melalui bidang sastra, filsafat, retorika, sejarah dan hukum.
Dengan
semakin kuatnya Renaissance sekularisasi berjalan makin kuat. Hal ini
menyebabkan agama semakin diremehkan bahkan kadang digunakan untuk kepentingan
sekulerisasi itu sendiri. Semboyan mereka “religion was not highest
expression of human values”. Bahkan salah seorang yang dilukiskan sebagai
manusia ideal renaissance Leon Batista Alberti (1404-1472), secara tegas berani
mengatakan “Man can do all things if they will”.
Renaissance mengajarkan kepada manusia untuk memanfaatkan kemampuan dan
pengetahuannya bagi pelayanan kepada sesama. Manusia hendaknya menjalani
kehidupan secara aktif memikirkan kepentingan umum bukan hidup bersenang-senang
dalam belenggu moral dan ilmu pengetahuan di menara gading. Manusia harus
berperan aktif dalam kehidupan, bukan sifat pasif seraya pasrah pada takdir.
Namun, manusia menjadi pusat segala hal dalam kehidupan atau Antoposentrisme.
Manusia
renaissance harus berani memuji dirinya sendiri, mengutamakan kemampuannya
dalam berfikir dan bertindak secara bertanggung jawab, menghasilkan karya seni
dan mengarahkan nasibnya kepada sesama. Keinginan manusia untuk menonjolkan
diri baik dari keindahan jasmani maupun kemampuan intelektual-intelektualnya.
Keinginannya itu dituangkan dalam berbagai karya seni sastra, seni lukis, seni
pahat, seni music dan lain-lain. Ekspresi daya kemampuan manusia terus
berkembang sampai saat ini sehingga di zaman modern ini pun tidak ada lagi segi
kehidupan manusia yang tidak ditonjolkan.
C. Tokoh-Tokoh Renaissance
Beberapa
tokoh yang menurut mempunyai peranan penting dalam renaissance. Tokoh-tokoh
tersebut antara lain
a. Dante Alighiere (1265-1321)
Dante
lahir pada tanggal 21 Mei 1265 di Firenze, berasala dari keluarga kaya raya.
Dia pernah menjadi prajurit Firenze, ingin negaranya dapat merdeka dari
pengaruh tiga kerajaan yang lebih besar yaitu Kepausan, Spanyol dan Perancis.
Dante mulai menjadi pengkritik dan penentang atoritas moral Kepausan yang
dinilai tidak adil dan tidak bermoral. Puncaknya dia tuangkan dalam sebuah buku
yang berjudul De Monarchia (On Monarchy) yang berisi tentang
kedudukan dan keabsahan Sri Paus sebagai pemimpin spiritual tertinggi Gereja
Katolik, mengapa sekaligus menjadi raja dunia (Kerajaan Kepausan) yang
otoriter. Hasil karya Dante antaral lain adalah La Vita Nuova (The New Life)
berisi tentang gambaran pertumbuhan cinta manusia. Comedia yang
ditulis ketika dia berada dalam pengasingan panjang di Revenna. Buku ini berisi
tentang perjalanan jiwa manusia yang penuh kepedihan dalam perjalanan dari
dunia ke alam gaib. Tokoh utamanya adalah Virgilius (nama sastrawan dari zaman
Romawi kuno) yang setelah kematiannya harus melewati tiga fase yaitu inferno
(neraka), purgatoria (pembersih jiwa), dan paradiso (surga).
b. Lorenzo Valla (1405-1457)
Lahir
di Roma pada tahun 1405 dari keluarga ahli hukum. Salah satu ungkapannya yang
sangat terkenal adalah “Mengorbankan hidup demi kebenaran dan keadilan adalah
jalan menuju kebajikan tertinggi, kehormatan tertinggi dan pahal tertinggi”.
Hasil karyanya antara lain adalah De volupte
(kesenangan) yang terbit pada tahun 1440, yang berisi kekagumannya pada etika
Stoisisme yang mengajarkan pentingnya manusia itu mati raga (askese) dalam
rangka mendapatkan keselamatan jiwa. Buku yang berjudul De Libero erbitrio (keinginan
bebas) yang mengatakan individualitas manusia berakar pada kebesaran dan
keunikan manusia, khususnya kebebasan sehingga kehendak awal Sang Pencipta
tidak membatasi perbuatan bebas manusia dan tidak meniadakan peran kreatif
manusia dalam sejarahnya. Judul buku De falso credita et ementita
Constantini donation declamation berisi tentang donasi hadiah kepada
Sri Paus oleh Kaisar Constantinus sebenarnya palsu sebab dari sudut bahasa
donasi itu jelas bukan gaya bahasa abad ke4 melainkan abd ke-8.
c. Niccolo
Machiavelli (1469-1527)
Filosof
politik Italia, Niccolo Machiavelli lahir tahun 1469 di Florence, Italia.
Ayahnya, seorang ahli hukum. Pada usia 29 tahun Machiavelli memperoleh
kedudukan tinggi di pemerintahan sipil Florence. Selama empat belas tahun
sesudah itu dia mengabdi kepada Republik Florentine dan terlibat dalam berbagai
missi diplomatik atas namanya, melakukan perjalanan ke Perancis, Jerman, dan di
dalam negeri Italia.
Hasil
karyanya yang paling masyhur adalah The Prince, (Sang Pangeran) ditulis tahun
1513, dan The Discourses upon the First Ten Books of Titus Livius (Pembicaraan
terhadap sepuluh buku pertama Titus Livius). Diantara karya-karya lainnya
adalah The art of war (seni berperang), A History of Florence (sejarah Florence)
dan La Mandragola (suatu drama yang bagus, kadang-kadang masih dipanggungkan
orang). Tetapi, karya pokoknya yang terkenal adalah The Prince (Sang Pangeran),
mungkin yang paling brilian yang pernah ditulisnya dan memang paling mudah
dibaca dari semua tulisan filosofis. Machiavelli kawin dan punya enam anak. Dia
meninggal dunia tahun 1527 pada umur lima puluh delapan.
d. Boccacio (1313-1375)
Giovani Boccacio lahir di Certaldo,
Italia tahun 1313 dari seorang pedangang yang berasal dari Firenze. Hasil
karyanya antara lain cerita epos seperti Thebaid atau Aenid, prosa
seperti Ameto, puisi seperti Amoroso Visione dan Ninfale Fiesolan. Puncak
karyanya Decamerome, karya sastra lainnya De genealogis deorum
gentilium (On The Genealogy of God) yang tersusun dalam 15 jilid.
e. Francesco Petrarca (1304-1374)
Lahir
pada 20 Juli 130 di Tuscan. Ia belajar hukum di Montpellier dan melanjutkan ke
Universitas Bologna. Namun, ia lebih tertarik pada seni sastra dan seni lukis.
Dia seorang humanis yang mengagumi hal-hal yang serba naturalis, polos dan apa
adanya. Salah satu ungkapannya pada alam dituangkan dalam karya lukis yang
diberi nama Ikaros.
f. Desiderius Erasmus (1466-1536)
Eramus lahir pada 27
Oktober 1466 di Gouda. Ibunya bernama Margaret. Setelah lulus dari Sekolah Atas
ia melanjutkan ke biara Agustin di Styn hingga menjadi pastor kemudian
melanjutkan ke Universitas Paris.
D.Dampak Renaissance
Sumbangan Renaissance
Kepada Eropa :
· Kemunculan aliran
pemikiran yang mementingkan kebebasan akal seperti alirn baru Eropah hingga
abad ke 18 seperti Humanisme, rasionalisme, nasionalisme dan absolutisme berani
mempersoalkan kepercayaan dan cara pemikiran lama yang diamalkan selama ini
secara langsung melemhkan kekuasaan golongan feudal.
· Itali telah menjadi
pusat ilmu yang terkenal di Eropah pada abad ke 15. Hal ini terjadi apabila
Kota constntinople dikuasai oleh Islam telah jatuh ke tangan orang Barat pada
tahun 1453. Keadaan ini telah menyebabkan ramai para ilmuan Islam berhijrah ke
pusat-pusat perdagangan di Itali. Ini menyebabkan Itali menjadi pusat
intelektual terkenal di Eropah pada masa itu.
· Renaissance telah
membentuk masyarakat perdagangan yang berdaya maju.Keadaan ini telah melemahkan
kedudukan dn kekuasaan golongan feudal yang sentiasa berusaha menyekat perkembangan
ilmu dan masyarakat di Eropah.
· Melahirkan
tokoh-tokoh pemikir seperti Leonardo de Vinci yang terkenal sebagi pelukis,
pemuzik dan ahli falsafah serta jurutera. Michelangelo merupakan tokoh seni,
arkitek, jurutera, penyair dan ahli anotomi.
· Melahirkan ahli-ahli
sains terkenal seperti Copernicus dan Galileo.
· Melahirkan ahli
matematik seperti Tartaglia dan Cardan yang berusaha menghuraikan persamaan
ganda tiga. Tartaglia orang pertama yang menggunakan konsep matematik dalam
ketenteraan iaitu mengukur tembakan peluru mariam. Cardan terlibat dalam
penghasilan ilmu algebra.
· Selain itu,
Renaissance telah melahirkan tokoh-tokoh perubatan di Eropah.Antara tokoh
perubatan terkenal iaitu William Harvey yang telah memberi sumbangan dalam
kajian peredaran darah.
· Renaissance telah
melahirkan masyarakat yang lebih progresif dan wujud semangat inquiri sehingga
membawa kepada aktiviti penjelajahan dan penerokaan.
E. Humanisme
Pada
masa Renaissance muncul aliran yang menetapkan kebenaran berpusat pada
manusia, yang kemudian disebut dengan humanisme. aliran ini lahir
disebabkan kekuasaan gereja yang telah menafikan berbagai penemuan manusia,
bahkan dengan doktrin dan kekuasaannya, gereja telah meredam para filosof dan
ilmuwan yang dipandang dengan penemuan ilmiahnya telah mengingkari kitab suci
yang selama ini diacu oleh kaum kristiani.
Humanisme,
menurut Ali Syariati (1992 : 39), berkaitan dengan eksistensi manusia,
bagian dari aliran filsafat yang menyaakan bahwa tujuan pokok dari segala
sesuatu adalah kesempurnaan manusia. aliran ini memandang bahwa manusia adalah
makhluk mulia yang semua kebutuhan pokok diperuntukkan untuk memperbaiki
spesiesnya.
Ada
empat aliran yang mengklaim sebagai bagian dari humanisme, yaitu : (1)
liberalisme barat; (2)marxisme; (3) eksistensialisme; dan (4)
agama. liberalisme barat menyatakan diri sebagai pewaris asli
filsafat dan peradaban humanisme dalam sejarah, yang dipandangnya sebagai
aliran pemikiran peradaban yang dimulai dari Yunani Kuno dan mencapai puncak
kematangan kesempurnaan relatif pada Eropa modern.
Teori
humanisme barat dibangun atas asas yang sama yang dimiliki oleh mitologi Yunani
Kuno bahwa antara langit dan bumi, alam dewa-dewa dan alam manusia, terdapat pertentangan
dan peraturan, sampai-sampai muncul kebencian dan kedengkian antara keduanya.
para dewa adalah kekuatan yang memusuhi manusia. seluruh perbuatan dan
kesadarannya ditegakkan atas kekuasaannya yang lazim terhadap manusia yang
dibelenggu oleh kelemahan dan kebodohannya. Tentu saja hubungan yang bercorak
permusuhan seperti ini, sepenuhnya wajar dan logis. dan dari satu sisi bisa
dikatakan benar dan sepenuhnya sahih. sebab, dewa-dewa dalam mitologi Yunani
adalah penguasa segala sesuatu, dan manifestasi dari kekuatan fisik yang
terdapat di alam semesta:laut, sungai, bumi, hujan, keindahan, kekuatan
jasmani, kemakmuran ekonomi, gempa, penyakit, kelaparan, dan kematian. (Ali
Syariati, 1992 : 40).
Di
bawah komando keluarga Medici atau setidaknya pada zaman merekalah para humanis
mulai menarik perhatian dan mewarnai opini masyarakat Italia. Kaum humanis
menggiring perhatian rakyat dari agama ke filsafat dan dari langit ke
bumi. Kekayaan pikiran dan seni masa-masa kesyirikan dikembalikan kepada sebuah
generasi yang terpukau. Sejak zaman Ariosto Ludovico, orang-orang yang gila
ilmu pengetahuan ini mulai tenar dengan nama kaum humanis, sebab mereka membaca
telaah kebudayaan klasik tentang humanitas (berkaitan dengan dunia manusia)
atau humanuras (kesusasteraan yang lebih manusiawi, dan bukan berarti
kesusasteraan yang lebih berprikemanusiaan, melainkan berarti kesusasteraan
yang lebih banyak berkaitan dengan dunia manusia). Jadi, tema kajian yang
paling tepat ialah manusia itu sendiri dengan kemampuan yang terpendam dalam
dirinya, dan keindahan jasmani dengan segala kesenangan dan penderitaan panca
indera dan perasaannya dan dengan segala kekuatan akalnya yang menakjubkan.
Poin-poin inilah yang mendapat perhatian penuh seperti yang pernah terjadi
dalam kesusasteraan dan seni Yunani dan Romawi kuno.[
Erasmus
adalah salah seorang pelopor humanisme yang telah melakukan reformasi keagamaan
dalam menghadapi eksklusivitas dan monopoli para elit gereja. Dia berjuang
keras untuk menghapus peranan para penguasa gereja sebagai perantara antara
Tuhan dan manusia.Erasmus berpendapat bahwa kitab suci harus disosialisasikan
kepada masyarakat dengan bahasa yang mudah. Dia mengecam keras
penyimpangan-penyimpangan teologis yang dilakukan kalangan ahli, yaitu para
elit gereja. Dia mengatakan, “Dunia berada dibawah kekuasaan para rahib yang bergaya
pengemis. Walaupun mereka adalah abdi-abdi istana Roma, namun kekuatan
dan jumlah mereka yang cukup banyak telah membuat takut pribadi Paus dan bahkan
para raja .... Saya tidak mengutuk semua ini, walaupun sebagian besar
dari mereka layak mendapat kutukan. Hanya demi keuntungan dan kekuasaan
otoriter, mereka telah menjebak hati rakyat secara piawai. Mereka bicara dengan
tanpa rasa malu, dan perlahan-lahan mereka mengeluarkan Al-Masih dari wilayah
kekristenan. Nasihat-nasihat mereka tak lebih dari dosa-dosa yang terjadi dalam
setiap perkataan tanpa rasa malu mereka. Mereka memberikan pengampunan dengan
kalimat-kalimat yang bahkan tidak patut untuk orang-orang yang buta huruf .…”
Pada
abad-abad pertengahan, manusia diposisikan sebagai makhluk yang pasif dan tak
punya ikhtiar apapun di depan para elit gereja. Akibatnya, pada era Renaisans
lahirlah sebuah gerakan dengan misi mengembalikan kebebasan manusia yang telah
dinistakan. Mula-mula gerakan ini memprioritaskan reformasi keagamaan,
dan setelah beberapa lama secara ekstrim gerakan ini menentang segala sesuatu
yang dipaksakan dengan atas nama agama. Pencorengan citra agama yang dilakukan
para penguasa gereja pada abad pertengahan telah menimbulkan sebuah gerakan
bernama humanisme yang bermula pada era Renaisans, sebuah gerakan yang
manganggap kebahagiaan manusia hanya bisa dicapai dengan kembali kepada era
klasik, atau dengan kata lain era politeisme. Kaum humanis meyakini bahwa manusia
pada era klasik telah mengandalkan potensi-potensi wujudnya tanpa keterikatan
kepada agama, gereja, dan para penguasa gereja. Jalan kembali kepada era klasik
bisa ditempuh melalui perhatian kepada kebudayaan dan kesusasteraan klasik.
Kaum
humanis memandang penekanan kepada ilmu logika dan ilmu-ilmu teoritis seperti
ilmu metafisik sebagai sikap yang kurang patut. Mereka hanya berminat kepada
kepada bidang-bidang yang berfungsi langsung dalam kehidupan masyarakat,
seperti retorika dan cabang-cabangnya termasuk politik, sejarah, dan syair.
Selain itu, mereka juga tertarik kepada bidang dialektika atau seni dialog.
Secara lebih umum, kaum humanis terikat kepada pemikiran mengenai kedudukan dan
potensi manusia di dunia tanpa mempertimbangkan nasib manusia di alam azali.
Pada
masa kemunculan humanisme, dalam waktu singkat karya-karya sastra dan filsafat
Yunani klasik sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Semua ini tentu karena
banyaknya para ilmuan dan murid-murid mereka yang aktif di Italia. Terjemahan-terjemahan
ini memiliki kecermatan yang lebih tajam ketimbang terjemahan yang dilakukan
pada abad ke-12 dan 13. Guvarino menerjemahkan sebagian karya Strabon dan
Plotarckh ke dalam bahasa Latin. Sedangkan Travarsori menerjemahkan karya-karya
Divagnos Lairitos, Valla menerjemahkan karya-karya Herodotus, Tosidid, dan
Iliad Homer, Proti menerjemahkan karya-karya Polybius, dan Ficino menerjemahkan
karya-karya Plato dan Platinus.
Di
antara sekian karya-karya klasik itu, karya-karya Plato yang paling banyak memukau
para humanis. Kaum humanis mengapresiasi dan cemburu menyaksikan kebebasan
orang-orang Yunani zaman Socrates yang bisa dengan leluasa mengupas berbagai
persoalan agama dan politik yang paling sensitif. Carlo Masopini sedemikian
besar mengapresiasi kebudayaan klasik era politeis sampai-sampai dia berangan
untuk berpaling dari kekristenan …. Tokoh humanis Italia yang paling berkarya
dan kontroversial ialah Pod Ju Bratcolini yang menulis surat-surat kepada Paus
Martin V untuk melakukan pembelaan sengit terhadap dogma-dogma gereja. Tetapi
kemudian dalam sebuah pertemuan ekslusif dengan segenap karyawan istana Paus,
dia tak segan-segan menertawakan keyakinan-keyakinan Kristen. Dia menulis
surat-suratnya dengan bahasa Latin yang tidak fasih namun memikat. Lewat
surat-surat ini ia mencemooh ketidaksucian para ruhaniwan. Dia keberatan
melakukan perbuatan ini selagi dia mampu ….
Dengan
kata lain, di mata sebagian kaum humanis, agama dan pencerahan pemikiran
merupakan dua kutub yang saling bertentangan. Agama adalah milik masyarakat
awam, sedangkan bagi para pemikir, kepatuhan kepada agama merupakan perilaku
yang menyalahi kebebasan berpikir. Mereka bukannya melenyapkan bencana akibat
penyalahgunaan agama, yaitu kerakusan dan despotisme sistem gereja yang telah membendung
nilai, ikhtiar, dan kebebasan manusia abad pertengahan, tetapi malah sekaligus
menyerang dan mencabut akar-akar agama dan keberagamaan.
Kehidupan
kaum humanis mencerminkan keyakinan-keyakinan mereka yang sebenarnya.
Dalam praktiknya, tak sedikit di antara mereka yang memberlakukan
kriteria-kriteria moral era politeisme, itupun banyak dari segi hawa nafsunya,
bukan dari sisi stoicismenya. Satu-satunya keabadian yang mereka kenal
ialah keabadian berupa perekaman karya-karya besar mereka. Tanpa peranan Tuhan,
keabadian seperti ini bisa dipersiapkan untuk seseorang dengan kekuatan pena
yang akan membuahkan nama baik atau buruk. Setelah Cozimo, satu generasi
kemudian datang menampilkan para seniman yang andil dengan membuat lukisan atau
patung-patung para pemilik nikmat (keabadian) tersebut, atau dengan mendirikan
bangunan-bangunan megah dengan nama mereka demi mengabadikan mereka. Harapan
untuk mendapatkan keabadian seperti ini adalah salah satu stimulan terkuat yang
telah memotifasi kreatifitas dalam seni dan kesusasteraan Renaisans. Akhirnya,
humanisme berhasil mempengaruhi segala seni karena kebangkitan humanisme lebih
memfokuskan rasio ketimbang perasaan. Sebelumnya, gereja adalah sponsor utama
gerakan seni di mana tujuan utamanya adalah sosialisasi kisah-kisah Kristen
para jemaat yang buta huruf serta dekorasi Tuhan. Santa Maria dan anaknya,
penderitaan dan tersalibnya Kristus, para nabi dan rasul, para bapa gereja dan
orang-orang suci lainnya tentu merupakan obyek utama gerakan seni patung, lukis,
dan bahkan aliran-aliran seni lainnya yang lebih kecil. Tetapi kemudian,
perlahan-lahan kaum humanis mempromosikan makna keindahan yang lebih
bernuansakan hawa nafsu kepada masyarakat Italia sehingga pujian kepada postur
tubuh yang indah, baik lelaki maupun perempuan, apalagi dalam keadaan
telanjang, akhirnya menjadi tradisi di kalangan terdidik.
Awalnya,
kaum humanis menjadikan seni sebagai media untuk mempengaruhi perasaan kalangan
awam dan tak berpendidikan, karena pada awal-awal kebangkitan humanisme
kesenian masih ada di tangan kalangan agamis yang menjadikan kekristenan
sebagai tema-tema seni. Ketika para humanis merasakan kebutuhannya kepada seni,
maka seni akan diarahkan kepada obyek-obyek materialistik, kebendaan, dan
sesuatu yang profan. Karena itu, semaraklah pembuatan patung-patung atau
lukisan-lukisan telanjang yang mempertontonkan keindahan fisik wanita dan pria.
Dengan demikian, sedikit sekali faktor spiritual yang terlihat dalam gelanggang
seni humanistik. Sebaliknya, seni dipertontonkan dengan mengerahkan
kecenderungan naturalistik yang semata-mata memfokuskan kepada
keindahan-keindahan materi.
Sebagian
besar kaum humanis sudah tidak lagi berpikir tentang alam transendental.
Karena mengira pahala hanya terbatas pada kehidupan dunia, kaum humanis
berusaha membuat patung-patung orang-orang yang sukses sebagai hadiah untuk
mereka. Oleh sebab itu, seni humanistik banyak mengacu kepada apa yang mereka
saksikan dan jarang sekali memperlihatkan hasrat kepada ide-ide yang gaib dan
tak tampak oleh mata. Dengan kata lain, seni humanistik lebih merupakan seni
realisme yang tidak ada hubungannya dengan hakikat.
Arus
kecenderungan humanistik bahkan juga telah mengimbas sebagian para pemuka
gereja. Tak kurang, Nicholas V (1447-1455 M.), Paus humanis pertama,
menyerahkan jabatan-jabatan kerohanian kepada para tokoh ilmuan dan sangat
menghormati kepakaran dan pengetahuan mereka tanpa mengindahkan
pertimbangan-pertimbangan lain. Lorenzo Valla yang notabene penganut ajaran
Epicurus dan telah membuktikan kepalsuan dokumen anti Constantine,
mencemooh prosa terjemahan resmi kitab suci Vulgate, menuduh Augustine sebagai
ateis, justru diangkat sebagai ajudan khusus Paus. Pengangkatan ini jelas
memberi semangat kepada humanisme dan diprioritaskannya humanisme daripada
keberagamaan dengan segala iman dan keyakinannya hingga dikuasainya Roma pada
tahun 1527. Aplaus untuk humanisme kendati telah membuat masyarakat utara
benar-benar terpesona, kata Bertrand Russel, bisa jadi terpuji, sebab kebijakan
haus perang dan gaya hidup amoral sebagian Paus memang tidak bisa dibela dari
segala aspek, kecuali dari aspek politik permainan kekuasaan yang mutlak.
Reformasi yang dimulai pada masa penobatan Louis X (1512-1513 M.) merupakan
hasil yang alami dari kebijakan tidak agamis para Paus era Renaisans.[20]
Boleh
jadi putusnya hubungan kaum humanis dengan gereja agaknya telah menempatkan
mereka di bawah kekuasaan rasio, namun kenyataannya tidak demikian. Sesuai
pernyataan Russel, sebagian besar kaum humanis ternyata mempertahankan
mitos-mitos yang pernah diyakini masyarakat era klasik. Astrologi, khususnya di
kalangan yang berpikiran bebas, sedemikian digemari sehingga lebih lebih
popular ketimbang masa-masa klasik. Dampak pertama pembebasan dari kekangan
gereja bukan berupa adanya masyarakat yang berpikir secara benar, melainkan
terbukanya benak masyarakat untuk kembali kepada segala hal-hal yang nonsens
dan absurd. Dari segi moralitas, keterlepasan dari gereja ini juga menimbulkan
dampak yang sedemikian tragis. Undang-undang moral klasik akhirnya kehilangan
nilanya.
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Sejarah
Renaissance munculnya karena berbagai faktor antara lain adalah sebagai gerakan
kultural, pada awalnya merupakan pembaharuan di bidang kejiwaan,
kemasyarakatan, dan kegerejaan di Italia pada pertengahan abad XIV, berakar
pada cita-cita keksatriaan abad pertengahan yang menginginkan kemewahan,
kemegahan, keperkasaan dan kemasyuran, mereka mensintesakan gagasan Kristiani
dengan pemikiran klasik (Yunani-Romawi). Tujuan utama gerakan ini adalah
mempersatukan kembali gereja yang terpecah-belah akibat skisma (perang
agama). Timbulnya kota-kota dagang yang makmur akibat perdagangan mengubah
perasaan pesimistis (zaman Abad Pertengahan) menjadi optimistis.
Dukungan dari keluarga saudagar kaya semakin menggelorakan semangat Renaissance
sehingga menyebar ke seluruh Italia dan Eropa.
Tokoh-Tokoh
Renaissance adalah Dante Alighiere (1265-1321), Lorenzo Valla
(1405-1457), Niccolo Machiavelli (1469-1527) Boccacio
(1313-1375), Francesco Petrarca (1304-1374), Desiderius Erasmus (1466-1536)
Dampak Renaissance adalah
- Tumbuhnya
kebebasan, kemerdekaan, dan kemandirian individu.
- Berkembangnya
ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya.
- Runtuhnya
dominasi gereja.
- Menguatnya
kedudukan kaum bourgeois sehingga mereka tumbuh menjadi kelas
penguasa.
Humanisme
lahir disebabkan kekuasaan gereja yang telah menafikan berbagai penemuan
manusia, bahkan dengan doktrin dan kekuasaannya, gereja telah meredam para
filosof dan ilmuwan yang dipandang dengan penemuan ilmiahnya telah mengingkari
kitab suci yang selama ini diacu oleh kaum kristiani.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Hakim, Atang dan Ahmad Saebani, Beni. 2008. Filsafat Umum. Bandung:
Pustaka Setia.
Surajiyo.
2010. Filsafat Umum dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking