PLATO
Tak
pelak lagi, tokoh filsafat yunani kuno, plato, merupakan cikal bakal lahirnya
para filosuf politik barat sekaligus dedengkot pemikiran etika dan metafisika
yunani kuno. Pendapat-pendapatnya dalam bidang filsafat sudah terbaca secara
luas selama lebih dari 2.300 tahun.
Plato lahir sekitar tahun 428 SM. Ia berasal dari
keluarga terkemuka yang turun temurun memang jabatan politik penting di Athena.
Ayahnya bernama Ariston dan ibunya bernama periktione. Setelah ayahnya
meninggal, ibunya menikah lagi dengan pyrilampes yang tak lain adalah adik
ayahnya. Pyrilampes adalah seorang politikus, sementara plato banyak bergaul
dengan para politikus Athena. Sehingga, tak heran jika pemikiran plato banyak
terpengaruh oleh pyrilampes. Selain itu, pemikiran plato juga banyak
dipengaruhi oleh kratylos, seorang fisuf yang meneruskan ajaran Heraclitus,
yang berpendapat bahwa dunia ini senantiasa berubah-ubah.
Dari pergaulannya dengan para politikus, plato
akhirnya menelurkan sebuah pemikiran bahwa pemimpin sebuah Negara haruslah
seorang filsuf. Hal ini ia lontarkan karena kekecewaannya atas kepemimpinan
para politikus yang ada saat itu, terutama terkait dengan kasus kematian
gurunya, Socrates, melalui keputusan persidangan. Tatkala Socrates berumur
tujuh puluh tahun, ia diseret kepengadilan dengan tuduhan tak berdasar, yakni
membuat onar dan merusak akhlak generasi muda Athena. Ia kemudian di kutuk dan
dijatuhi hukuman mati atas tuduhan itu. Pelaksana hukuman mati terhadap
Socrates tersebut membuat plato benci dengan pemerintahan demokratis.
Sepeninggal Socrates, plato pergi dari Athena dan mengembara selama bertahun-tahun. Sekitar
tahun 427 SM, ia kembali lagi ke Athena dan mendirikan sebuah akademi sebagai
pusat penyelidikan ilmiah. Melalui akademi tersebut, ia berusaha merealisasikan
cita-citanya, yaitu mencetak filsuf-filsuf yang siapmenjadi pemimpin Negara.
Dan, inilah yang menjadi awal mula munculnya universitas-universitas yang ada
saat ini. Plato terus mengepalai dan
mengajar di akademi yang ia dirikan tersebut hingga akhir ayatnya, yaitu pada
tahun 348 SM.[[1]]
Dalam menelurkan karya-karya filsafatnya, plato
menggunakan metode dialog. Ia percaya bahwa filsafat akan lebih baik dan teruji
jika dilakukan melalui dialog. Karena itu, banyak karyanya yang ia sampaikan
secara lisan di akademinya. Namun demikian, disatu sisi, ia masih mempercayai
beberapa mitos untuk mengemukakan dugaan-dugaan tentang hal duniawi. Dan tentu
saja pemikirannya banyak mempengaruhi oleh sang guru, Socrates.
Menurut plato, tanpa melalui pengalaman
(pengamatan), apabila manusia sudah terlatih dalam hal intuisi, ia pasti
sanggup menatap kedunia idea, sehingga kemudian memiliki sejumlah gagasan
tentang semua hal, termasuk kebaikan, kebenaran, keadilan, dan sebagainya.
Plato mengembangkan pendekatan yang bersifat rasional deduktif, sebagaimana
mudah dijumpai dalam matematika. Problem filsafat yang digarap oleh plato
adalah keterlemparan jiwa manusia kedalam penjara dunia indrawi, yaitu tubuh. Ini
merupakan persoalan ada (being) dan
mengada (menjadi, becoming).
Plato menulis tidak kurang dari tiga puluh enam buku
yang kebanyakan menyangkut masalah politik, etika, metafisika, dan teologi.
Karya plato yang paling terkenal tertulis dalam buku yang berjudul republic. Buku tersebut berisi gagasan
plato tentang pemerintahan yang paling ideal. Menurut plato, pemerintahan yang
baik seharusnya dipegang oleh aristocrat, yaituseorang pemimpin terbaik,
terbijak, dan orang pilihan dari suatu Negara. Selain itu, pemilihan pemimpin
sebaiknya tidak melalui pemungutan suara, tetapi melalui proses keputusan
bersama yang ditetapkan oleh guardian,
yakni kumpulan para penguasa dan pemimpin masyarakat. Plato juga mengajarkan
bahwa semua orang, baik laki-laki maupun perempuan, seharusnya memiliki hak
yang sama untuk menjadi pemimpin. Dengan demikian, plato adalah filsuf pertama
yang mengusulkan persamaan kesempatan tanpa memandang jenis kelamin.
Demikianlah beberapa pemikiran plato yang cukup
fenomenal pada zamannya dan masih terkenal hingga sekarang. Dengan
pemikiran-pemikirannya itulah, plato digambarkan sebagai orng paling bijakyang
pernah dilahirkan sejak era Pythagoras dan sebelumnya aristoteles dilahirkan.
Setidaknya, itulah yang diyakini oleh orang-orang yang mengenal benar pikiran
plato.[2]
Karya-Karya Plato
1. Otentisitas
Tentang karya-karya yang otentisitasnya masih merupakan objek diskusi, Taylor
cenderung berfikir bahwa beberapa diantaranya dan barangkali semua betul-betul
buah pena Plato. Tentang Hippias dan Menexinos misalnya kita mempunyai
data-data yang menyatakan bahwa Aristoteles sudah mengandaikan kedua dialog ini
ditulis oleh Plato.
Diskusi mengenai otentisitas ketiga belas surat yang dikenakan kepada Plato,
tidak boleh diremehkan karena surat-surat itu merupakan dokumen-dokumen utama
yang kita miliki mengenai riwayat hidup Plato. Dan justru surat-surat ini
memuat informasi terbanyak mengenai Plato.[4]
2. Kronologi
Bagaimana urutan kronologis karya-karya Palato? Mulai
dari Friedrich S (1768-1834), banyak sarjana telah mengupayakan suatu pemecahan
mengenai masalah kronologi ini. Berbagai metodetelah dicoba yang memberikan
hasil-hasil yang berlainan. Pada pertengahan abad ke-19, sarjana Inggris L.
Campbell mengusulkan suatu metode yang membawa hasil , metode ini disempurnakan
lagi oleh beberapa sarjana Jerman dengan menyelidiki secara terperinci gaya
bahasa Plato.
Beberapa data mengizinkan kita menarik kesimpulan tentang
salah satu dialog, misalnya kita tahu bahwa Theaitetos harus ditempatkan
tidak lama sesudah tahun 369. Dengan mempergunakan semua data itu, kita dapat
membagikan dialog-dialog Plato atas tiga periode, yaitu:
-
Apologia, Kriton, Eutyphron, Lakhes, Kharmides, Lysis, Hippias, Minor,
Menon, Gorgias, Protagoras, Euthydemos, Kratylos, Phaidon, Symposion.
(Beberapa ahli menyangka bahwa salah satu dari dialog ini sudah ditulis sebelum
kematian Socrates, tetapi kebanyakan berfikir bahwa dialog pertama tidak
lama ditulis sesudah kematian Socrates)
-
Politea, Phaidros, Parmenides, Theaitetos. (ditulis tidak lama sebelum
perjalanan kedua ke Sisilia pada tahun 367)
-
Sophistes, Politikos, Philebos, Timaios, Kritias, Nomoi. (dialog-dialog
ini ditulis sesudah perjalanan ketiga ke Sisilia, ketika urusannya dengan
kesulitan-kesulitan politik di Sisilia sudah selesai)
Dalam tahun-tahun terakhir ini karangan Plato juga
diselidiki dengan menggunakan komputer. Terutama Prof. L. Brandwood dari
University of Manchester (Inggris) sangat giat dalam bidang ini. Hasil
definitif belum diketahui. Tetapi sudah nyata bahwa diskusi mengenai
otentisistas Surat VII dihidupkan kembali berdasarkan penyelidikan baru
ini.[5]
Banyak sekali karyanya yang masih utuh lengkap.Pada
umumnya tulisannya disusun dalam bentuk dialog. Barangkali karena pengaruh
Socrates, yangkelihatannya memegang peranan pentingdalam karya-karyanya. Begitu
penting tempat yang diberikan kepada Socrates (serng dijadikan tokoh utama),
sehingga karya-karya Plato itu dapat dipandang sebagai monumen bagi Socrates.
Dari segala karyanya dapat diketahui bahwa Plato kenal
para filsuf yang mendahuluinya. Seperti Herakleitos, Pythagoras, para filsuf Elea,
terlebih para kaum sofis.
Perbedaan antara Socrates dan Plato adalah bahwa Socrates
mengusahakan adanya definisi tentang hal yang bersifat umum guna menentukan
hakikat atau esensi segala sesuatu, karena ia tidak puas dengan mengetahui
hanya tindakan-tindakan satu persatu saja. Sedang Plato meneruskan usaha itu
secara lebih maju lagi dengan mengemukakan bahwa hakekat atau esensi
segala sesuatu bukan hanya sebutan saja, tetapi memiliki kenyataan, yang lepas
daripada sesuatu yang berada secara konkrit, yang disebut idea.
Idea-idea itu nyata adanya, di dalam dunia idea.[6]
Sifat-Sifat Khusus Filsafat Plato
1. Bersifat Sokratik
Keyakinan Plato bahwa filsuf harus dijadikan sebagai penguasa negara, boleh
dipandang sebagai buah hasil refleksi Plato atas kematian Socrates, gurunya
tercinta. Refleksi atas kematian Socrates selanjutnya menjuruskan seluruh
pemikiran dan keaktifan Plato sampai pada masa tuanya.
2. Filsafat sebagai Dialog
Semua karya yang ditulis Plato merupakan dialog-dialog, kecuali Surat-surat
dan Apologia. Dalam karangan terakhir, Socrates membela diri di hadapan
hakim-hakimnya dan semua warga negara Athena. Sekalipun hanya Socrates yang
berbicara disini (monolog) namun suasana dialognya tetap ada.
Plato adalah filsuf pertama dalam sejarah filsafat yang memilih dialog sebagai
bentuk sastra untuk mengekspresikan pemikiran-pemikirannya. Plato menggemari
dialog sebagai bentuk sastra karena mempunyai hubungan erat dengan ’sokratik’
seperti yang telah dijelaskan di atas. Plato memilih dialog dalam bentuk sastra
justru karena Socrates memainkan peranan sentral dalam pemikirannya. Ia juga
berkeyakinan bahwa filsafat menurut intinya tidak lain daripada suatu dialog.
Kata philo-sophia berasal dari kalangan Plato (dan Socrates). Berfilsafat
berarti mencari kebenaran atau kebijaksanaan , dan dapat dimengerti bahwa
mencari suatu kebenaran itu sebaiknya dilakukan bersama-sama dalam bentuk
dialog.[7]
3. Mite Dalam Dialog-dialog Plato
Plato berpendapat bahwa mite (mythos) tidak bertentangan mutlak dengan rasio.
Ada juga mite-mite yang mempunyai unsur-unsur kebenaran dan karena itu dapat
digunakan dalam uraian filosofis. Plato mempergunakan seluruh bakatnya sebagai
sastrawan dalam menciptakan mite yang memikat hati karena gaya puitisnya.[8]
Mite Plato yang termashur tentang penunggu-penunggu gua
yang termuat dalam dialog Politeia (Manusia dapat dibandingkan-demikian
katanya-) .
Ajaran-Ajaran Plato
Plato membedakan filsafat atas tiga bagian sebagai
berikut:
- Dialektika:
Tentang idea-idea atau pengertian-pengertian umum
- Fisika:
tentang dunia materiil
- Etika: tentang
kebaikan.[9]
1). Ajaran Tentang Idea-idea
Ajaran tentang idea-idea merupakan inti dan dasar seluruh filsafat Plato.
Baginya, Idea merupakan sesuatu yang objektif. Ada idea-idea terlepas dari
subjek-subjek yang berfikir. Idea-idea tidak diciptakan oleh pemikiran kita.
Idea tidak bergantung pada pemikiran, sebaliknya pemikiran tergantung pada
idea-idea.Justru karena ada idea-idea yang berdiri sendiri, pemikiran kita
dimungkinkan. Pemikiran itu tidak lain daripada menaruh perhatian
kepadaidea-idea itu.
Plato meneruskan usaha Socrates (menentukan hakekat atau esensi sesuatu) dengan
melangkah lebih jauh lagi. Menurutnya, esensi itu mempunyai realitas, terlepas
dari segala perbuatan konkrit. Idea keadilan, Idea keberanian, dan idea lain
memang ada.
Menurut Plato, ada dua macam dunia, yaitu dunia ini yang mencakup benda-benda
jasmani yang disajikan kepada pancaindera. Pada taraf ini, harus diakui bahwa
semuanya tetap berada dalam perubahan. Dunia yang kedua yaitu dunia idea, dunia
yang terdiri dari idea-idea, dimana tiada perubahan, tiada kejamakan (bahwa
yang baik hanya satu, yang adil hanya satu) dan beraifat kekal.
Hubungan antara kedua dunia itu adalah bahwa idea-idea dari dunia atas itu
hadir dalam benda yang konkrit (seperti idea manusia berada pada tiap manusia,
dan seterusnya) dan bahwa sebaliknya benda-benda itu berpartisipasi dengan
idea-ideanya, artinya mengambil bagian dari idea-ideanya.
Anggapan Plato tentang dua dunia menjuruskan juga pendiriannya tentang
’pengenalan’. Menurut Plato ada dua jenis pengenalan. Di satu pihak ada pengenalan
tentang idea-idea. Itulah pengenalan dalam arti yang sebenarnya. Rasio adalah
alat untuk mencapai pengenalan. Dan ilmu pengetahuan adalah lapangan istimewa
dimana pengenalan itu dipraktekkan. Dengan menerima pengenalan yang bersifat
teguh, jelas, dan tidak berubah, Plato serentak juga menolakrelativisme kaum
Sofis. Bagi Protagoras dan pengikutnya manusia adalah ukuran dalam bidang
pengenalan, sedangkan bagi Plato, ukuran itu adalah idea-idea.Berdasarkan
idea-idea itu menjadi mungkin kebenaran yang mutlak.
Pengenalan yang kedua adalah pengenalan tentang benda-benda jasmani yang
dicapai dengan pancaindera. Plato menamakannya ’doxa’ (opinion atau pendapat).
Dengan demikian, Plato dapat mendamaikan ajaran Herakleitos dan Parmenides.
Herakleitos berpendapat bahwa semuanya senantiasa dalam perubahan sedang
pendapat Parmendeis yang berbanding terbalik dengan Heraklietos.
Dalam Politeia, ia mengatakan bahwa antara idea-idea terdapat suatu orde atau
hirarki. Seluruh hirarki itu memuncak dengan Idea ’yang baik’. Itulah idea
tertinggi yang menyoroti semua idea lain.
2). Ajaran tentang Jiwa
Plato menganggap jiwa sebagai pusat atau intisari kepribadian manusia. Dalam
anggapannya tentang jiwa, Plato tidak saja dipengaruhi oleh Socrates, tetapi
juga oleh Orfisme dan mazhab Pythagorian. Plato berkeyakinan teguh bahwa jiwa
manusia bersifat baka. Keyakinan ini bersangkut paut dengan ajarannya tentang
idea-idea. Salah satu argumen penting adalah kesamaan yang terdapat antara jiwa
dan idea-idea. Jiwa pun mempunyai sifat-sifat yang sama seperti terdapat pada
idea-idea.
Jiwa dan tubuh dipandang sebagai dua kenyataan yang harus dibedakan dan
dipisahkan. Jiwa berada sendiri. Bagiannya (atau fungsinya) ada tiga yaitu,
-
bagian rasional yang dihubungkan dengan kebijaksanaan
-
bagian kehendak atau keberanian yang dihubungkan dengan kegagahan
-
bagian keinginan atau nafsu yang dihubungkan dengan pengendalian diri
Disamping itu ada lagi keadilan yang tugasnya ialah keseimbangan
antara ketiga bagian jiwa.
Dalam Timaios, Plato menghidangkan kosmologinya. Disini ia membandingkan
jagad raya sebagai makrocosmos dan manusia sebagai microcosmos.Dengan itu ia
mengambil alih suatu prinsip yang sudah tertanam kuat dalam tradisi Yunani
sejak Anaximenes. Seperti manusia terdiri dari tubuh dan jiwa, demikianpun
dunia merupakan suatu makhluk hidup yang terdiri dari tubuh dan jiwa. Jiwa
dunia diciptakan terlebih dahulu daripada jiwa-jiwa manusia.
3). Ajaran Tentang Etika
Bagi Plato, tujuan hidup manusia ialah kehidupan yang senang dan bahagia.
Manusia harus mengupayakan kesenangan dan kebahagiaan hidup itu. Menurutnya,
kesenangan dan kebahagiaan hidup itu bukanlah pemuasan hawa nafsu selama hidup
di dunia inderawi. Plato konsekuen dengan ajarannya tentang dua dunia. Karena
itu, kesenangan dan kebahagiaan hidup haruslah dilihat dari hubungan kedua
dunia itu.
Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, dunia yang sesungguhnya bagi
Plato ialah dunia ide. Sedangkan segala sesuatu yang ada di dunia inderawi
hanyalah merupakan realitas bayangan. Selama manusia berada di dunia inderawi, ia senantiasa rindu untuk naik ke
atas, ke dunia ide. Maka selama ia hidup, ia harus memiliki pengetahuan
yang disempurnakan oleh pengertian yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya. Ia
harus mengupayakan semaksimal mungkin untuk meraih pengetahuan yang benar,
karena hanya orang yang memiliki pengetahuan yang benar yang disebut bijaksana
dan berbudi baik. Pemahaman lewat pengetahuan yang benar itu akan menuntun
mereka yang bijaksana dan berbudi baik sampai kepada pengenalan akan ide-ide
yang merupakan kebenaran sejati. Mereka akan senantiasa berupaya untuk
menghadirkan dunia ide dengan ide tertingginya yaitu ide kebaikan dan kebajikan
di tengah-tengah dunia inderawi.
Dengan demikian jelas terlihat bahwa etika Plato adalah etika yang didasarkan
pada pengetahuan, sedangkan pengetahuan hanya mungkin diraih dan dimiliki lewat
dan oleh akal budi, maka itulah sebabnya etika Plato disebut dengan etika
rasional.[10]
4) Ajaran Tentang Negara
Filsafat Plato memuncak dalam uraian-uraiannya mengenai negara yang dilatar
belakangi dari pengalaman yang pahit dalam politik Athena. Menurut Plato ada hubungan erat antara ajarannya tentang
etika dan teorinya tentang negara. Hidup yang baik menuntut juga negara yang
baik.
Selain Politea dan Nomoi ada karya ketiga lagi, dimana Plato
membicarakan persoalan-persoalan yang bertalian dengan negara. Yaitu dialog
yang berjudul Politikos. Dialog ini terdiri dari sepuluh buku atau
bagian. Pokok-pokok yang diselidiki di dalamnya adalah ’keadilan’.
Plato menunjukkan kecenderungan manusia sebagai makhluk sosial untuk memenuhi
kebutuhannya sehingga diperlukan adanya ’spesialisasi’ (pembagian bidang
masing-masing). Secara konsekuen Plato berpendirian juga bahwa hanya segolongan
orang saja harus ditugaskan melakukan perang untuk keamanan.
Menurut Plato, negara yang ideal terdiri dari tiga golongan:
- golongan
pertama, penjaga-penjaga yang sebenarnya atau filsuf-filsuf.
- golongan
kedua, pembantu-pembantu atau prajurit-prajurit, mereka ditugaskan
menjamin keamanan negara dan mengawasi supaya warga negara tunduk pada
filsuf-filsuf.
- golongan
ketiga terdiri dari petani-petani dan tukang-tukang yang menanggung
kehidupan ekonomis bagi seluruh polis.
Keadilan adalah keutamaan yang memungkinkan setiap
golongan dan setiap warga negara untuk melaksanakan tugasnya masing-masing.
Sebagaimana dalam jiwa, keadilan mengakibatkan bahwa ketiga bagian jiwa
berfungsi dengan seimbang dan selaras.
Plato berpendapat bahwa dalam negara dimana terdapat
Undang-Undang Dasar, bentuk negara yang paling baik adalah Monarki, bentuk
negara yang kurang baik adalah aristokrasi, dan bentuk negara yang paling buruk
adalah demokrasi. Tetapi jika tidak ada Undang-Undang dasar harus dikatakan
sebaliknya. Maksudnya adalah bahwa dalam negara dimana tidak ada undang-undang,
demokrasi itu dapat menghindarkan adanya kekuasaan negara yang disalahgunakan.
Plato merupakan salah satu tokoh filsafat (filsuf) yang sangat berpengaruh.
Hasil pemikirannya memberi peran yang sangat besar dalam perkembangan ilmu
pengetahuan hingga sekarang. Ajaran-ajaran Plato antara lain mengenai idea,
jiwa, etika, negara, dan lain-lain. Plato adalah murid Socrates dan juga guru
dari Aristoteles yang mengajarkan tentang idea yang bersifat objektif, dimana
idea kebaikan dan kebajikan adalah idea yang tertinggi.
Puncak karya filsafatnya adalah mengenai ajarannya tentang negara. Secara umum
ajarannya tentang negara yang ideal terdiri dari tiga golongan yaitu:
- Golongan yang
tertinggi, yang terdiri dari orang-orang yang memerintah yang disebut
penjaga yang sebaiknya terdiri dari orang bijak (filsuf). Kebajikan
golongan ini adalah kebijaksanaan.
- Golongan
pembantu, yaitu para prajurit yang bertujuan menjaga keamanan dan menjamin
ketaatan warga negara untuk taat kepada para pemimpin (penjaga). Kebajikan
mereka adalah keberanian.
- Golongan
terendah, yang terdiri dari rakyat biasa, para petani dan tukang serta
para pedagang yang harus menanggung hidup ekonomi negara. Kebajikan mereka
adalah pengendalian diri.
Mohammad
Hatta mengatakan bahwa seorang filosof menulis tentang plato sebagai berikut,
“plato pandai berbuat, ia dapat belajar seperti solon dan mengajar seperti
Socrates. Ia pandai mendidik pemuda yang ingin belajar dan dapat memikat hati
dan perhatian sahabat-sahabat pada dirinya. Murid-muridnya begitu sayang
kepadanya seperti ia sayang kepadanya seperti ia sayang kepada mereka. Dia itu
bagi mereka adalah sahabat, guru, dan penuntun. Plato tak pernah kawin dan
tidak punya anak. Kemenakannya speusippos menggantikannya mengurus academia. Tulisan
plato hamper rata-rata berbentuk dialog. Jumlahnya tidak kurang dari 34 buah.
Belum lagi tulisan-tulisannya yang berupa surat dan puisi. Yang sukar
ditentukan adalah waktu dikarangnya. Semua tulisannya dalam masa lebih dari
setengah abad.
Mohammad
hatta mengatakan bahwa ada dua pendapat yang terkemuka tentang cara memahamkan
buah tangan plato yang sebanyak itu. Yang pertama cara metodik yang dikemukakan
oleh FR. Schleier dalam kata pendahuluan bukunya, yang berisikan terjemahan
dialog-dialog plato kedalam bahasa jerman (1804-1810 dan 1828). Yang kedua cara
genetic, mengikuti perkembangan, yang dikemukakan oleh carl friendrich hermen
dalam bukunya tentang sejarah dan system filosofi plato, terbit pada tahun
1839.
Schleiermacher
mengatakan bahwa ketegasan plato tidak dapat diketahui dari tulisannya saja.
Bagian yang terbesar dari pendapatnya dikemukakannya waktu mengajarkan
filsafat. Suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah ialah bahwa ajaran yang
dibentangkannya kepada pembaca sudah dipahaminya secara mendalam. Jadi, cara
dia mengajarkan itu berdasarkan atas suatu rencana metodik. Mula-mula
disiapkannya pembacanya dengan pengetahuan elementer. Kemudian, diajaklah
pembacanya memikirkan hal-hal itu seterusnya dengan jalan dialektik, sampai
akhirnya pikirannya matang tentang masalah itu. Dalam tulisan-tulisannya yang
konstruktif.[3]
Herman
tidak begitu pendapatnya. Ia mengatakan bahwa dari tulisan-tulisan plato dapat
diikuti perkembangan pemikirannya sendiri. Ia bermula dengan yang kecil dan
maju sampai yang besar. Akan tetapi, betapapun berbeda pendirian tentang
menangkap buah pikiran plato dan tentang menentukan urutan tulisan dialognya,
segala yang ditulisnya itu dapat ditempatkan dalam empat masa dan tiap-tiap
masa mempunyai karakteristik sendiri.
[1] Wahyu murtiningsih, para
filsuf dari plato sampai ibnu bajjah. IRCiSoD. Jogjakarta , hal 49-51
[2] Wahyu murtiningsih, para
filsuf dari plato sampai ibnu bajjah. IRCiSoD. Jogjakarta , hal 51-52
[4] Dr. K. Bertens, sejarah Filsafat Yunani, hal : 98.
[5] Ibid,
hal 99
[6] Dr. Harun Hadiwijono, sari Sejarah Filsafat Barat 1, (Yogyakarta: Kanisius), hal 40-41
[7] Dr. K. Bertens,
Sejarah Filsafat Yunani, hal 102
[8] Ibid,
hal 103
[9] Drs. Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Bumi Aksara), hal 125
[3] Drs. Atang abdul hakim, M.A. Drs. Beni ahmad saebani, M.Si. filsafat umum dari metologi sampai
teofilosofi, hal 197-198.
daftar pustakanya apa aja yg plato
AntwoordVee uit