FILSAFAT
ILMU
A.
Pengertian
Filsafat Ilmu
Filsafat adalah berpikir dan mersa
sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu. Filsafat juga melakukan hubungan erat
dengan penyelidikan terhadap nilai atau martabat dan tindakan manusia. Tidak
hanya itu, filsafat juga menelaah hal-hal yang menjadi objeknya dari sudut
intinya yang mutlak, mendalam tapi tidak berubah. Karena begitu luasnya kajian
filsafat, maka banyak filosof yang berbeda dalam mengertikan filsafat.
Filsafat ilmu adalah dua kata yang
saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena kelahiran ilmu
tidak lepas dari peranan filsafat, sebaiknya perkembangan ilmu memperkuat
keberadaan filsafat. Kelahiran filsafat di Yunani menunjukkan pola pemikiran bangsa
Yunani dari pandangan mitologi akhirnya lenyap dan pada gilirannya rasiolah
yang dominan. Perubahan dari pola pikir mite-mite kerasio membawa implikasi
yang tidak kecil. Alam dengan segala gejalanya, yang selama itu ditakuti
kemudian didekati dan bahkan bisa di kuasai. Perubahan yang mendasar adalah
ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan perubahan
yang terjadi, baik alam semesta maupun pada manusia sendiri.[1]
Untuk memahami arti dan makna
filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa para
ahli yang terangkum dalam Filsafat Ilmu, diantaranya:
·
Robert
Ackerman
“Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-
pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang
dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas
bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara actual”.
·
Lewis
White Beck “Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran
ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu
keseluruhan”.
·
A.
Cornelius Benjamin “Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah
sistematis mengenai ilmu, khususnya metode- metodenya, konsep-konsepnya dan
praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang
pengetahuan intelektual”.
·
Michael V.
Berry
“Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan
hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah”.
·
May
Brodbeck
“Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai
landasan – landasan ilmu.
·
Peter Caws “Filsafat ilmu merupakan suatu
bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya
melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal :
di satu pihak, ini membangun teori- teori tentang manusia dan alam semesta, dan
menyajikannya sebagai landasan- landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain
pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai
suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri,
dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan”.
·
Stephen
R. Toulmin “Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama
menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah
prosedur- prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode
penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan
seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari
sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika”.
B.
Fungsi
Filsafat
Filsafat ilmu merupakan salah satu
cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa
dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni : Sebagai alat mencari
kebenaran dari segala fenomena yang ada. Mempertahankan, menunjang dan melawan
atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya. Memberikan pengertian
tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia. Memberikan ajaran
tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan Menjadi sumber inspirasi
dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti
ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.
Sedangkan Ismaun mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan
filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu
danmembekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan
pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu berupaya
mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory ofexplanation yaitu berupaya
menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.
C.
Objek
Filsafat
·
Objek Material filsafat yaitu suatu
bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan ituatau hal
yang di selidiki, di Pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu yang
mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak.
Menurut Drs. H.A.Dardiri bahwa objek
material adalah segala sesuatu yang ada, baik yangada dalam pikiran, ada dalam
kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatuyang ada itu di bagi dua,
yaitu: Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang
hal yang ada pada umumnya. Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada
secara mutlak (theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia
(antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).
·
Objek Formal filsafat yaitu sudut
pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukanpengetahuan
itu, atau sudut dari mana objek material itu di sorot.Contoh : Objek
materialnya adalah manusia dan manusia ini di tinjau dari sudut pandanganyang
berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia di
antaranyapsikologi, antropologi, sosiologi dan lain sebagainya.
D.
Subtansi
Filsafat
Telaah tentang substansi Filsafat
Ilmu, Ismaun (2001) Memaparkannya dalam empat bagian, yaitu substansi yang
berkenaan dengan, fakta atau kenyataan.[2]
1. Fakta
dan kenyataan
Fakta atau kenyataan Fakta atau kenyataan
memiliki pengertian yang beragam, bergantung dari sudut pandangfilosofis yang
melandasinya. Positivistik berpandangan bahwa sesuatu yang nyata bila ada
korespondensi antara yang sensual satu dengan sensual lainnya. Fenomenologik
memiliki dua arah perkembangan mengenai pengertian kenyataan ini. Pertama,
menjurus ke arah teori korespondensi yaitu adanya korespondensi antara ide
dengan fenomena. Kedua, menjurus ke arah koherensi moralitas, kesesuaian antara
fenomena dengan sistem nilai. Rasionalistik menganggap suatu sebagai nyata,
bila ada koherensi antara empirik dengan skema rasional, dan Realisme-metafisik
berpendapat bahwa sesuatu yang nyata bila ada koherensi antara empiri dengan
obyektif. Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang berfungsi.
Di sisi lain, Lorens Bagus (1996)
memberikan penjelasan tentang fakta obyektif dan faktailmiah. Fakta obyektif
yaitu peristiwa, fenomen atau bagian realitas yang merupakan obyekkegiatan atau
pengetahuan praktis manusia. Sedangkan fakta ilmiah merupakan refleksiterhadap
fakta obyektif dalam kesadaran manusia. Yang dimaksud refleksi adalah
deskripsifakta obyektif dalam bahasa tertentu. Fakta ilmiah merupakan dasar
bagi bangunan teoritis.Tanpa fakta-fakta ini bangunan teoritis itu mustahil.
Fakta ilmiah tidak terpisahkan daribahasa yang diungkapkan dalam
istilah-istilah dan kumpulan fakta ilmiah membentuksuatu deskripsi ilmiah.
2. Kebenaran
(Truth)
Kebenaran (truth) Sesungguhnya,
terdapat berbagai teori tentang rumusan kebenaran. Namun secara tradisional.
Kita mengenal lima teori kebenaran yaitu Koherensi, Korespondensi dan
Pragmatic, Proposisi dan Paradikmatic diantarannya:
·
Kebenaran Koherensi kebenaran
koherensi yaitu adanya kesesuaian atau keharmonisan antara sesuatu yang
laindengan sesuatu yang memiliki hirarki yang lebih tinggi dari sesuatu unsur
tersebut, baikberupa skema, sistem, atau pun nilai. Koherensi ini bisa pada
tatanan sensual rasional maupun pada dataran transendental.
·
Kebenaran Korespondensi Berfikir
benar korespondensial adalah berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu
relevandengan sesuatu lain. Koresponsdensi relevan dibuktikan adanya kejadian
sejalan atauberlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan, antara
fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik.
·
Kebenaran pragmatic Yang benar
adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik dan memiliki kegunaan
praktis.
·
Kebenaran Proposisi adalah suatu pernyataan
yang berisi banyak konsep kompleks, yang merentangdari yang subyektif
individual sampai yang obyektif. Suatu kebenaran dapat diperoleh
bilaproposisi-proposisinya benar. Dalam logika Aristoteles, proposisi benar
adalah bila sesuaidengan persyaratan formal suatu proposisi. Pendapat lain
yaitu dari Euclides, bahwaproposisi benar tidak dilihat dari benar formalnya,
melainkan dilihat dari benarmaterialnya.
·
Kebenaran struktural paradigmatic sesungguhnya
kebenaran struktural paradigmatik ini merupakan perkembangan darikebenaran
korespondensi. Sampai sekarang analisis regresi, analisis faktor, dan analisisstatistik
lanjut lainnya masih dimaknai pada korespondensi unsur satu dengan
lainnya.Padahal semestinya keseluruhan struktural tata hubungan itu yang
dimaknai, karena akanmampu memberi eksplanasi atau inferensi yang lebih
menyeluruh.
Konfirmasi Fungsi ilmu adalah
menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang, ataumemberikan
pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut atau
probalistik. Menampilkan konfirmasi absolut biasanya menggunakan
asumsi,postulat, atau axioma yang sudah dipastikan benar. Tetapi tidak salah
bilamengeksplisitkan asumsi dan postulatnya. Sedangkan untuk membuat
penjelasan, prediksiatau pemaknaan untuk mengejar kepastian probabilistik dapat
ditempuh secara induktif,deduktif, ataupun reflektif.
Logika inferensi yang berpengaruh
lama sampai perempat akhir abad XX adalah logika matematika, yang menguasai
positivisme. Positivistik menampilkan kebenaran korespondensi antara fakta.
Fenomenologi Russel menampilkan korespondensi antara yangdipercaya dengan
fakta. Belief pada Russel memang memuat moral, tapi masih bersifat spesifik,
belum ada skema moral yang jelas, tidak general sehingga inferensi penelitian berupa
kesimpulan kasus atau kesimpulan ideografik. Post-positivistik dan
rasionalistik menampilkan kebenaran koheren antara rasional, koheren antara
fakta dengan skema rasio, Fenomena Bogdan dan Guba menampilkan kebenaran
koherensi antara fakta dengan skema moral.
Realisme metafisik Popper
menampilkan kebenaran struktural paradigmatik rasional universal dan Noeng
Muhadji rmengenalkan realisme metafisik dengan menampilkan kebenaranan
structural paradigmatik moral transensden. Di lain pihak, Jujun Suriasumantri
(1982) menjelaskan bahwa penarikan kesimpulanbaru dianggap sahih kalau
penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu,yakni berdasarkan
logika. Secara garis besarnya, logika terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu logika
induksi dan logika deduksi.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking