Maandag 17 Junie 2013

FILSAFAT UMUM
AWAL PERKEMBANGAN FILSAFAT MODERN

KELOMPOK 6 :
                                     Ahmad Thoriq                                  12422007
                                     Asri Sefti Yanti                                 12422014
                                     Dede Riansya Putra                         12422017
                                     Evi Asriyani                                      12422029




Dosen Pembimbing :
Kms. Badaruddin, MA


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
PERPUSTAKAAN A
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN FATAH PALEMBANG
2013


DAFTAR ISI

Daftar Isi............................................................................................................................... i
Pendahuluan .......................................................................................................................  iii
PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang .......................................................................................................  1
B.     Awal Perkembangan Filsafat Modern ..................................................................  2
1.      Renaissance.......................................................................................................... 2
2.      Humanisme.......................................................................................................... 5
C.    Abad Modern ..........................................................................................................  10
Kesimpulan ..........................................................................................................................  13
Daftar Pustaka..................................................................................................................... 14






I


PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Tradisi pemikiran Barat dewasa ini merupakan paradigma bagipengembangan budaya Barat dengan implikasi yang sangat luas dan mendalam di semua segi dari seluruh lini kehidupan. Memahami tradisi pemikiran Barat sebagaimana tercermin dalam pandangan filsafatnya merupakan kearifan tersendiri, karena kita akan dapat melacak segi-segi positifnya yang layak kita tiru dan menemukan sisi-sisi negatifnya untuk tidak kita ulangi.
Ditinjau dari sudut sejarah, filsafat Barat memiliki empat periodisasi. Periodisasi ini didasarkan atas corak pemikiran yang dominan pada waktu itu. Pertama, adalah zaman Yunani Kuno, ciri yang menonjol dari filsafat Yunani kuno adalah ditujukannya perhatian terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan asal mula (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya gejala-gejala.
Para filosof pada masa ini mempertanyakan asal usul alam semesta dan jagad raya, sehingga ciri pemikiran filsafat pada zaman ini disebut kosmosentris. Kedua, adalah zaman Abad Pertengahan, ciri pemikiran filsafat pada zaman ini di sebut teosentris. Para filosof pada masa ini memakai pemikiran filsafat untuk memperkuat dogma-dogma agama Kristiani, akibatnya perkembangan alam pemikiran Eropa pada abad pertengahan sangat terkendala oleh keharusan untuk disesuaikan dengan ajaran agama, sehingga pemikiran filsafat terlalu seragam bahkan dipandang seakan-akan tidak penting bagi sejarah pemikiran filsafat sebenarnya. Ketiga, adalah zaman Abad Modern, para filosof zaman ini menjadikan manusia sebagai pusat analisis filsafat, maka corak filsafat zaman ini lazim disebut antroposentris. Filsafat Barat modern dengan demikian memiliki corak yang berbeda dengan filsafat Abad Pertengahan.
Letak perbedaan itu terutama pada otoritas kekuasaan politik dan ilmu pengetahuan. Jika pada Abad Pertengahan otoritas kekuasaan mutlak dipegang oleh Gereja dengan dogma-dogmanya, maka pada zaman Modern otoritas kekuasaan itu terletak pada kemampuan akal manusia itu sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan manapun, kecuali oleh kekuasaan yang ada pada dirinya sendiri yaitu akal. Kekuasaan yang mengikat itu adalah agama dengan gerejanya serta Raja dengan kekuasaan politiknya yang bersifat absolut. Keempat, adalah Abad Kontemporer dengan ciri pokok pemikiran logosentris, artinya teks menjadi tema sentral diskursus filsafat.

  1. AWAL PERKEMBANGAN FILSAFAT MODERN
            Berbicara tentang kelahiran dan perkembangan filsafat pada awal nkelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan yang munculnya pada masa peradaban kuno (masa Yunani) pada tahun 2000 sebelum masehi Babylon yang hidup di lembah sungai Nil (Mesir) dan sungai Efrat, telah mengenal alat pengukur berat, table bilangan berpangkat, table perkalian dengan menggunakan sepuluh jari. Piramida yang merupakan salah satu keajaiban dunia itu, yang ternyata pembuatannya menggunakan geometri dan matematika, menunjukkan cara berpikirnya yang sudah tinggi. Selain itu merekapun sudah dapat mengadakan pengamatan benda-benda langit,baik bintang,bulan,matahari,sehingga dapat meramalkan gerhana bulan maupun gerhana matahari. Ternyata ilmu yang mereka pakai dewasa ini disebut astronomi. Di India dan Cina pada waktu itu telah ditemukan cara pembuatan kertas dan kompas (sebagai petunjuk arah).
            Batas jelas mengenai kapan dimulainya penghabisan abad pertengahan sulit ditentukan. Yang dapat ditentukan ialah bahwa abad pertengahan itu telah selesai tatkala datangnya zaman Renaisssance yang meliputi kurun waktu abad ke-15 dan ke-16 (bertens: 44). Abad pertengahan adalah abad ketika alam pikiran dikungkung oleh gereja. Dalam keadaan seperti itu kebebasan pemikiran amat sangat terbatas, perkembangan sains sulit terjadi, juga perkembangan filsafat, bahkan dikatakan manusia tidak mampu menemukan dirinya sendiri. Oleh karena itu, orang mulai mencari alternative. Di dalam perenungan mencari alternative itu orang teringat pada suatu zaman ketika peradaban begitu bebas, pemikiran tidak dikungkung, sains maju, yaitu zaman dan peradaban Yunani kuno. Usaha ini sebenarnya telah dimulai didalam karya orang-orang Italia di dalam kesusastraan, misalnya pada Petrarce (1304-1374) dan Boccaccio (1313-1375).
1.      Renaissance
Istilah Renaissance berasal dari bahasa Perancis. Dalam bahasa Latin berarti “re + nasci” berarti  lahir kembali (rebirth). Istilah ini biasanya digunakan oleh sejarawan untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di Eropa. Dan lebih khusus lagi di Italia, sepanjang abad ke-15 dan ke-16. Istilah ini mula-mula digunakan oleh seseorang sejarawan terkenal, Michelet dan dikembangkan oleh J. Burckhardt (1860) untuk konsep sejarah yang menunjuk kepada periode yang bersifat individualism, kebangkitan kebudayaan antik, penemuan dunia dan manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode abad pertengahan (runes:270). Karya filsafat pada abad ini sering disebut filsafat Renaissance (runes:271).(ahmad tafsir, 2010:124).
Oleh sejarawan, istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di Eropa. Dalam keadaan seperti itu kebebasan pemikiran amat dibatasi, sehingga perkembangan sains sulit terjadi, demikian pula filsafat tidak berkembang, bahkan dapat dikatakan bahwa manusia tidak mampu menemukan dirinya sendiri. Oleh karena itu, orang mulai mencari alternatif. Dalam perenungan mencari alternatif itulah orang teringat pada suatu zaman ketika peradaban begitu bebas dan maju, pemikiran tidak dikungkung, sehingga sains berkembang, yaitu zaman Yunani kuno. Pada zaman Yunani kuno tersebut orang melihat kemajuan kemanusiaan telah terjadi. Kondisi seperti itulah yang hendak dihidupkan kembali. Orang yang pertama menggunakan istilah tersebut adalah Jules Michelet, sejarawan Perancis  terkenal. Menurutnya, Renaissance ialah periode penemuan manusia dan dunia dan bukan senagai kebangkitan kembali yang merupakan permulaan kebangkitan modern. Bila dikaitkan dengan keadaan, Renaissence adalah masa antara zaman pertengahan dan zaman modern yang dapat dipandang sebagai masa peralihan, yang ditandai oleh sejumlah kekacauan dalam bidang pemikiran. Di satu pihak terdapat Astrologi, kepercayaan yang bersangkutan dengfan dunia hitam, perang-perang agama, dan sebagainya, dan di lain pihak muncul lah ilmu pengetahuan alam modern serta mulai berpengarunya suatu perasaan hidup baru. Pada saat itu muncul lah usaha-usaha penelitian yang lebih giat yang pada akhirnya memunculkan sains baru.
Awal mula dari suatu masa baru ditandai oleh satu usaha besar dari Descartes (1596-1650) untuk memberikan kepada filsafat suatu bangunan yang baru dalam bidang filsafat, zaman Renaissance kurang menghasilkan karya penting bila dibandingkan dengan bidang seni dan sains. Namun, diantara perkembangan itu, terjadi pula perkembangan dalam bidang filsafat. Descartes sering disebut sebagai tokoh pertama filsafat modern.
Sejak itu dan juga telah dimunculkan sebelumnya, yaitu sejak permulaan Renaissance, sebenarnya individualisme dan humanisme telah dicanangkan. Descartes memperkuat idea-idea ini. Humanisme dan Indevidualisme merupakan ciri Renaissance yang penting. Humanisme adalah pandangan bahwa manusia mampu mengatur dunia dan dirinya. Ini suatu pandangan yang tidak menyenangkan orang0orang yang beragama. Oleh karena itu, zaman ini sering juga disebut sebagai zaman Humanisme, maksudnya manusia diangkat dari abad pertangahan.
Ciri utama Renaissance ialah Humanisme, Individualisme, lepas dari agama (tidak mau diatur oleh agama), Empirisme, dan Rasionalisme. Filsafat berkembang bukan pada zaman Renaissance, melaunkan kelak pada zaman sesudahnya (zaman modern). Sains berkembang karena semangat dan hasil Empirisme itu. Agama Kristen semakin ditinggalkan, karena semangat Humanisme itu. Ini kelihatan dengan jelas kelak pada zaman modern. Pada zaman modern filsafat di dahului oleh zaman Renaissance. Ciri-ciri filsafat Renaissance ada pada filsafat modern. Tokoh pertama filsafat modern adalah Descartes. Yaitu menghidupkan kembali Rasionalisme Yunani, Individualisme, lepas dari pengaruh agama. Sekalipun demikian, para ahli lebih senang menyebut Descartes sebagai tokoh Rasionalisme. (atang dan beni ahmad, 2008:339-340).
Pada zaman Renaissance ada banyak penemuan di bidang ilmu pengetahuan. Di antara tokoh-tokohnya adalah :
1.      Nicolaus Copernicus (1473-1543)
Ia dilahirkan di Torun, Polandia dan belajar di Universitas Cracow. Walaupun ia
tidak mengambil  studi astronomi, namun ia mempunyai koleksi buku-buku astronomi dan matematika. Ia sering disebut sebagai Founder of Astronomy.
Ia mengembangkan teori bahwa matahari adalah pusat jagad raya dan Bumi
 mempunyai dua macam gerak, yaitu : perputaran sehari-hari pada porosnya dan perputaran tahunan mengitari matahari. Teori itu disebut Heliocentric menggeser teori Ptolemaic. Ini adalah perkembangan besar, tetapi yang lebih penting adalah metode yang dipakai Copernicus, yaitu metode mencakup penelitian terhadap benda-benda langit dan kalkulasi matematik dari pergerakan benda-benda tersebut.
2.      Galileo Galilei (1564-1642)
Galileo Galilei adalah salah seorang penemu terbesar dibidang ilmu pengetahuan.
Ia Menemukan bahwa sebuah peluru yang ditembakkan membuat suatu gerak parabola, bukan gerak horizontal yang kemudian berubah menjadi gerak vertical. Ia menerima pandangan bahwa matahari adalah pusat jagad raya. Dengan teleskopnya, ia mengamati jagad raya dan menemukan bahwa bintang Bimasakti terdiri dari bintang-bintang yang banyak sekali jumlahnya dan masing-masing berdiri sendiri. Selain itu, ia juga berhasil mengamati bentuk Venus dan menemukan beberapa satelit Jupiter.
3.      Francis Bacon (1561-1626)
Francis Bacon adalah seorang filosof dan plitikus Inggris. Ia belajar di Cambridge
University dan kemudian menduduki jabatan penting dipemerintahan serta pernah terpilih menjadi anggota parlemen. Ia adalah pendukung penggunaan Scientific Methods, ia berpendapat bahwa pengakuan tentang pengetahuan pada zaman dahulu kebanyakan salah, tetapi ia percaya bahwa orang dapat mengungkapkan kebenaran dengan Inductive Methods, tetapi lebih dahulu harus membersihkan pikiran dari prasangka yang ia namakan idols (arca). Bacon telah memberi kita pernyataan yang klasik tentang kesalahan-kesalahan berpikir dalam Idols of the Mind. (ahmad tafsir, 1990:162).

2.      Humanisme

Pada masa Renaissance muncul aliran yang menetapkan kebenaran berpusat pada
manusia, Yang kemudian disebut dengan Humanisme. Aliran ini lahir disebabkan oleh kekuasaan gereja yang telah menafikan berbagai penemuan manusia, bahkan dengan doktrin dan kekuasaan, gereja telah meredam para filosof dan ilmuwan yang dipandang dengan penemuan ilmiahnya telah mengingkari kitab suci yang selama ini diacu oleh kaum Kristiani.
Humanisme menurut Ali Syaryati (1992:39), berkaitan dengan eksistensi manusia, bagian dari aliran filsafat yang menyatakan bahwa tujuan pokok dari segala sesuatu adalah kesempurnaan manusia. Aliran ini memandang bahwa manusia adalah makhluk mulia yang semua kebutuhan pokok diperuntukkan untuk memperbaiki spesiesnya.
            Ada empat aliran yang mengklaim sebagai bagian dari Humanisme, yaitu :
1.      Liberalisme Barat
2.      Marxisme
3.      Esiktensialisme
4.      Agama

Liberalisme barat menyatakan diri sebagai pewaris asli filsafat dan peradaban
Humanisme Dalam sejarah. Yang dipandangnya sebagai aliran pemikiran peradaban yang dimulai dari Yunani kuno dan mencapai puncak kematangan kesempurnaan relative pada Eropa Modern.
            Teori Humanisme barat dibangun atas asas yang sama yang dimiliki oleh mitologi Yunani kuno bahwa antara langit dan bumi, alam dewa-dewa dan alam manusia, terdapat pertentangan dan pertarungan sampai-sampai muncul kebencian dan kedengkian antara keduanya. Para dewa adalah kekuatan yang memusuhi manusia. Seluruh perbuatan yang kesadarannya ditegakkan atas kekuasaannya yang lazim terhadap manusia yang dibelenggu oleh kelemahan dan kebodohannya. Hal ini dilakukan karena dewa-dewa takut menghadapi ancaman kesadaran, kebebasan, kemerdekaan, dan kepemimpinan manusia atas alam. Setiap manusia yang menempuh jalan ini dipandang telah melakukan dosa besar dan memberontak kepada dewa-dewa. Karena pemberontakkannya itu, manusia dihukum dengan berbagai siksaan yang amat kejam.
            Berdasarkan hal itu, pertempuran antara dewa-dewa dan manusia, pada dasarnya adalah pertempuran alam yang berlaku atas kehidupan, kehendak dan nasib manusia. Dengan kekuatan, kecerdasan, dan kesadarannya yang terus meningkat, manusia mencoba untuk membebaskan dirinya dari cengkraman kekuatan tersebut, agar dia bisa menentukan urusannya sendiri dan menjadi kekuatan paling berkuasa atas alam semesta ini. Artinya, ia bisa menjadi wakil zeus yang merupakan fenomena kekuasaan alam atas manusia.
            Kesalahan barat yang paling serius yang diatasnya ditegakkan bangunan Humanisme modern dunia mitologi Yunani kuno yang bergerak di seputar jiwa yang terbatas, alami dan fisikal, dan dunia spiritual yang sacral dalam pandangan agama-agama besar timur sekalipun ada perbedaan esensial antara keduanya sebagai dunis yang sama dan menganalogikan fenomena yang ada dalam hubungan manusia dengan ahuramazda, rhama, Tao, Yesus sang juru selamat, dengan hubungan manusia dengan zeus, bahkan mereka menyatakan adanya kesamaan antara keduanya. Padahal, mereka tahu bahwa kedua bentuk hubungan tersebut sepenuhnya berbanding terbalik.
Pada mitologi Yunani Kuno pada terdapat bramateuf  yang menghadiahkan “api ketuhanan” kepada manusia, yang dicurinya dari pada dewa ketika mereka sedang tidur lelap, lalu dibawaknya kebumi.Bramateus memproleh siksaan keras akibat dosanya itu. Adapun dalam agama-agama terdapat malaikat besar, iblis, yang kemudian diusir dan dilaknat oleh tuhan,karena ia mengingkari perintah Allah dan tidak mau bersujud kepada Adam sebagaimana Malaikat lainnya.
Selanjutnya, ”api ketuhanan” itu ditemukan dalam agama-agama dalam bentuk nur (cahaya, hikmah atau dakwah) dari langit yang dibawak oleh para utusan ilahi untuk disampaikan kepada manusia, dan seterusnya anak-cucu adam disuru untuk berkiprahdan berdakwah, takut (akan siksa ilahi) dan berharap agar mereka terbebas dari kegelapan menuju cahaya. Berbeda dengan zeus, dalam agama-agama, Tuhan berkhendak membebaskan manusia dari belenggu tersebut adalah mengikuti “api bramateus”.Itulah sebabnya, bila dalam pandangan Yunani Kuno yang memitoskan alam tersebut, humanisme mengambil bentuk sebagai penentang kekuasaan para dewa, yakni Tuhan-Tuhan alam dan sesembahan mereka. Berdasarkan itu hal itu,humanusme yunani berusaha untuk mencapai jati diri manusia dengan seluruh kebenciandengan tuhan pengingkarannya atas kekuasaannya serta memutuskan taliperhamban manusia dengan “langit”, ketika ketika ia menjadikan manusia sebagai penentu benar atau tidaknya suatu perbuatan, dan menentukan bahwa segala potensi keindahan itu terletak pada tubuh manusia.
Kosistensi humanisme seperti itu, manakala menampakkan dirinya di depan “ langit “ ia pun berubah sosoknya menjadi bercorak bumi dan menyimpang kearah materialisme atau pengagungan terhadap nilai-nilai materialis. Itu sebabnya, humanisme, dalam pandangan Barat sejak Yunani kuno hingga Eropa modern bermuara pada materialisme, dan menemukan nasibnya yang tercermin dalam liberalisasi sains, peradaban Borjuis barat, Marxisme timadur.
 Semua otu menyeret humanisme yang mengagungkan manusia di barat untuk memilih bentuk dengan posisi yang semakin meningkat penentangnya terhadap theisme, karena katolik abad pertengahan menjadi agama masehi yang dipandangnya sebagai agama mutlak, sebagai musuh humanisme, serta menciptakan pertarungan langit dan bumi yang juga ada pada metologi Yunai dan Romawi kuno. Akibatnya, manusia sejalan dengan interpretasi-interpretasi tentang Yunani “dosa asal “ dan pengusiran manusia dari surga” dinyatakan sebagai  mutlak yang dipaksa tunduk kepada kehendak tuhan dan tertindas di muka bumi, serta menyebutnya sebagai “pendosa yang lemah dan terkutuk” . yang memperoleh pengecualian dari komunitas manusia seperti itu hanyalah lapisan kaum pendekarvkarena pandang memiliki “roh tuhan” , dan bahwa satu-satunya jlan menuju kebahagian yang harus ditempuh orang lain adalah taklik buta kepada mereka, serta bergabung dalam lembaga resmi yang dikendalikan oleh suatu institusi formal yang mengatas namakan diri sebagai wakil tuhan dimuka bumi.
Metode berfikir seperti inilah yang menyebabkan theisme yang menjadi lawan humanisme, dan cara prealisasian kekuasaan tuhan ini, secara paksa, digerakan diatas mazhab yang menjadikan humanisme sebagai korbannya. Oleh karna itu, humanisme pada abad pertengahan betul-beul tertindas. Itulah sebabnya fenomena-fenomena abad pertengahan merupakan ungkapan dari lukisan-lukisan metafisik dan apa yang dibalik alam manusia: roh kudus, yesus kristus, malaikat, mukjizat, dan sebagainnya. Walupun disitu terlihat wajah manisnya, itu pasti wajah orang-orang suci. Itupun pasti dengan jubah yang menutup kepala hingga mata kaki, dan lazimnya merekapun tersembunyi demikian rupa, atau tenggelam dibalik cahaya malaikat. Inilah alasannya perhatian sepenuhnya dalam estitika yunani dicurahkan pada tubuh manusia, dan bangunan keindahan dipusatkan pada lekak-lekuk tubuh telanjang. Patung-patung dan lukisan yunani yang mengemukakan keindahan kepada manusia dan menjadikan puncak keindaha terletak pada tubuh telanjang, merupakan gaya yang muncul dari humanisme seperi itu. Oleh karna itu, seni di eropa mengenal unsur-unsur kemanusiaan.
Kalau kita bisa mengatakan bahwa humanisme pasca renaissance di eropa modern merupakan kelanjutan dari humanisme yunani kuno, kitapun bisa mengatakan bahwa mazhab langit yang ada dalam agama masehi abad pertengahan juga merupakan kelanjutan dari mazhab langit dalam metologi yunani dan romawi kuno, baik yang ada pada abad pertengahan maupun abad modern sekarang ini.
Bagaimanapun, liberarisme barat yang borjuis maupun komunis, kedoa duanya mengklaim bahwa tercapainya pengembangan potensi-potensi manusia bisa dilakukan dengan cara pribadi dan kebebasan berfikir kepada manusia dalam penelitian ilmiyah, mengemukakan pendapat, dan produk-produk ekonomi. Adapun yang kedua mengklaim bahwa tujuan tersebut bisa tercapai dengan cara tidak mengakui kebebasan-kebebasan filsafat dan memasungnya dalam kepemimpinan diktator tunggal, yang di bantu kelompok tunggal, kemudian membentuk manusia dalam sosok yang sama pula.
Akan tetapi filsafat dan rekayasa manusianya persis sama dengan terkandung dalam filsafat borjuis-liberalis, yaitu meratanya borjuis pada seluruh bangunan masyarakat.Tidakah menggelikan manakala kemudian dikatakan bahwa denga demikian, marxisme jauh lebih borjuis daripada borjuisme? Benar, memang mengelikan, dan itu dari sudut pandagan humanisme adalah faktual.Sebagaimana halnya dengan liberalisme barat borjuis yang mengklaim sebagai pewaris peradaban humanisme dalam sejarah, marxismepun mengklaim diri sebagai metode untuk merealisasikan humanisme dalam bentuk manusia sempurna.Eksistensialisme, mengajukan klaim lebih dari dua aliran sebelumnya, seperti yang terlihat dalam ucapan sartre, “eksistensialisme adalah humanisme itu sendiri,” dengan klaim seperti itu, otomatis eksistensialisme mempunyai hak yang lebih besar dari pada dua yang tersebut terdahul.
Mengingat semua agama menyatakan bahwa atas dakwahnya memberi petunjuk kepada manusia menuju kebahagiaan abadi, tidak bisa tidak, ia memilh filsafat tersendiri tentang manusia. Serba musthil berbicara tentang kebahagiaan manusia, sepanjang belum dijelaskan terlebih dahulu makna yang definitif tentang manusia.Dengan demikian, semua agama dimulai dengan filsafat pembentukan dan perekayasaan manusia. Berdasarkan hal itu, sejalan dengan pandangan berbagai aliran pemikiran tentang manusia yang berkembang dewasa ini, yang menganggap manusia sebagai jati diri atau sejenis itu, dan itu diklaim sesuai dengan pandangan aliran masing-masing.
Pemikiran filsafat dapat diupayakan lebih bersifat praktis, karena semakin pesatnya orang mngunakan metode induksi/eksperimental dalam berbagai penelitian ilmiyah, akibatnya perkembangan pemikiran filsafat mulai tertinggal oleh perkembangan ilmu-ilmu alam kodrat (natural sciences). Rene Descartes (1596-1650) sebagai bapak filsafat modern yang berhasil melahrkan sebuah konsep dari perpaduan antara metode ilmu alam denganilmu filsafat.
Upaya ini dimaksudkan agar kebenaran dan kenyataan filsafat juga sebagai jelas dan terang. Pada abad ke-18, perkembangan pemikiran filsafat mengarah kepada filsafat ilmu pengetahuan, dimana pemikiran filsafat diisi dengan upaya manusia, bagaimana cara sarana apa yang dipakai untuk mencari kebenaran dan kenyataan.
Sebagai tokohnya George Berkeley (1685-1753), David Hume (1711-1776), J.Rousseaun (1722-1778). Dijerman muncul Cristian Wolft (1679-1754) dan Immanuel Kant (1724-1804), yang mengupayakan agar filsafat menjadi ilmu pengetahuan yang pasti dan berguna, yaitu dengan cara membentuk pengertian-pengertian yang jelas, bukti yang kuat. Pada abad ke-19, perkembangan pemikiran filsafat terpecah belah. Pemkiran filsafat pada saat itu telah mampu membentuk suatu kepribadian tiap-tiap bangsa dan pengertian dan caranya sendiri.Ada filsafat Amerika, Prancis, Inggris, Jerman, Tokoh-tokohnya adalah Hegel (1770-18311), Karl Marx (1818-1883), Augst Comte (1798-1857), JS.Mill (1806-1873), Jhon Dewey (1858-1952).
Demikian beberapa uraian tentang sejarah kelahiran filsaft secara umum.Dengan adanya ragam variasi model peikiran filsafat tersebut di maksudkan akan menciptakan suasana pikir generasi mendatang untuk lebih kritis. Terpacu dan terinspirasi untuk mengimplementasikan pemikiran filsafatyang kontekstual dengan perubahan zaman dimana ia tinggal. Karena hakikatnya berfikir secara mendalam sampai hakikat, atau berpikir secara global, menyeluruh, atau berpikir yang dilihat dari berbagai sudut pandang ilmu pengetahuan. Berfikir yang demikian ini sebagai upaya untuk dapat berpikir secara tepat dan benar serta dapat dipertanggung jawabkan.Dengan memahami konsep yang mendasari sejarah kelahiran masing-masing pemikiran filsafat, diharapkan dapat menjadikannya sebagai pandangan hidup, sebagai penjelmaan manusia secara total dan sentral sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk modoalisme (manusia secara kodrat terdiri dari jiwa dan raga).



C.    ABAD MODERN

Diera filsafat modern muncul berbagai aliran- aliran pemikiran yaitu : Rasionalisme, Empirisme,Kritisme,Idealisme,Positivisme,Evolusionisme,Materialisme,Neo- Kantianisme,Pragnatisme,Filsafat hidup,Fenomenologi,Eksistensialisme,dan Neo- Thomisme.

a.       RASIONALISME
Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan karena suatu pengetahuan dapat diperoleh dengan cara berfikir. Dalam aliran ini muncul istilah Cogito ergo sum yang artinya adalah saya berfikir maka saya ada.
  1. EMPIRISME           
Aliran empirisme beranggapan bahwa pengetahuan yang bermanfaat, pasti dan
benar hanya dapat diperoleh lewat indera (empiri) , dan empirilah satu- satunya sumber pengetahuan.
  1. KRITISME
Aliran kritisme beranggapan bahwa diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar dengan ilmu pengetahuan alam. Dan jalannya yaitu dengan pemikiran yang kritis pada setiap gejala- gejala . Karena itu dibutuhkan sebuah analisis.
  1. IDEALISME
Idealis pertama dalam pengertian modern ialah Berkeley yang pada abad ke- 18 menolak eksistensi independen benda-benda. Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Menurut aliran idealisme segala peristiwa didunia ini hanya dapat dimengerti jika suatu syarat tertentu terpenuhi.

e.       POSITIVISME
Positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif sesuatu yang diluar fakta atau kenyataan dikesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan.



f.       EVOLUSIONISME
Aliran evolusionisme dalam pemikirannya memiliki konsep tentang perkembangan segala sesuatu diatur oleh hukum- hukum mekanik, artinya pada hakikatnya dimungkinkan adanya perkembangan manusia pada masa yang akan dating terbentuknya lebih sempurna.
g.      MATERIALISME
Aliran filsafat materialism memandang bahwa realitas yang ada seluruhnya adalah materi belaka . Dalam pandangan materialisme tentang manusia bahwa manusia  adalah benda,  seperti halnya kayu dan batu yang pada akhirnya akan kembali kebentuk material asalnya
h.      NEO- KANTIANISME
Herman Chohen, seorang tokoh neo- kantianisme mengemukakan bahwa keyakinannya pada otoritas akal manusia untuk mencipta. Karena segala sesuatu itu baru dikatakan ada apabila terlebih dahulu dipikirkan sehingga apa yang dipikirkan akan melahirkan isi pikiran.
i.        PRAGMANTISME
Aliran pragmantisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat- akibat yang bermanfaat secara praktis. Artinya segala sesuatu dapat diterima asalkan bermanfaat bagi kehidupan.
j.        FILSAFAT HIDUP
Filsafat hidup dipengaruhi oleh kemajuan iptek  dalam kehidupan manusia sehungga menimbulkan pandangan bahwa peranan akal piker hanya digunakan untuk menganalisis sampai menyusun suatu sintesis baru.
k.      FENOMENOLOGI
Fenomenologi berasal dari kata fenomen yang berarti gejala, yaitu suatu hal yang tidak nyata. Suatu gejala tidak harus diamati oleh indera karena gejala juga dapat dilhat secara batiniah dan tidak harus berupa kejadian- kejadian. Pandangan aliran fenomenologi bahwa sebuah objek harus diberi kesempatan untuk berbicara yaitu dengan cara diskriptif fenomenologi

l.        EKISTENSIALISME
Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala yang berdasar pada eksistensinya. Artinya bagaimana manusia bisa berada atau bereksistensi dalam dunia.
m.    NEO- THOMISME
Aliran ini adalah aliran yang mengikuti paham Thomas Aquinas . Paham thomisme yaitu pertama, paham yang menganggap bahwa ajaran Thomas tidak sempurna. Kedua, paham yang menganggap bahwa walaupun ajaran Thomas tidak sempurna masih terdapat hal- hal yang belum dibahas. Ketiga, paham yang menganggap bahwa ajaran Thomas harus diikuti akan tetapi tidak boleh dianggap ajarannya betul- betul sempurna.



















KESIMPULAN


Rasionalisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang berpendirian bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi dan dapat dipercaya adalah akal. Rasionalisme tidak mengingkari peran pengalaman, tetapi pengalaman dipandang sebagai perangsang bagi akal atau sebagai pendukung bagi pengetahuan yang telah ditemukan oleh akal. Akal dapat menurunkan kebenaran-kebenaran dari dirinya sendiri melalui metode deduktif. Rasionalisme menonjolkan “diri” yang metafisik, ketika Descartes meragukan “aku” yang empiris, ragunya adalah ragu metafisik.
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang berpendapat bahwa empiri atau pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan. Akal bukanlah sumber pengetahuan, akan tetapi akal berfungsi mengolah data-data yang diperoleh dari pengalaman. Metode yang digunakan adalah metode induktif. Jika rasionalisme menonjolkan “aku” yang metafisik, maka empirisme menonjolkan “aku” yang empiris.

Ciri-ciri kritisisme diantarnya adalah sebagai berikut:
 • Menganggap bahwa objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan pada objek.
 • Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau
 hakikat sesuatu; rasio hanyalah mampu menjangkau gejalanya atau fenomenya saja.



DAFTAR PUSTAKA

            Imron, S.Ag.,M.A. 2013. Filsafat Umum. Palembang: Noer Fikri
            Q-Anees Bambang,A.Hambali. 2003. Filsafat Umum. Jakarta: Prenada Media
Achmadi, Asmoro.  Filsafat Umum. Cet. V; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.
           





Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking