FILSAFAT REALISME
1.
Definisi Realisme
Dengan memasuki abad ke-20,realisme muncul,khususnya
di Inggris dan Amerika Utara. Real berarti yang aktual atau yang ada,kata tersebut menunjuk kepada benda‑benda atau kejadian-kejadian yang sungguhsungguh,artinya
yang bukan sekadar khayalan atau apa yang ada dalam pikiran. Real menunjukkan
apa yang ada. Reality adalah keadaan atau sifat benda yang real atau yang ada,yakni
bertentangan dengan yang tampak. Dalam arti umum, realisme berarti kepatuhan
kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada yang diharapkan atau
yang diinginkan. Akan tetapi dalam filsafat, kata realisme dipakai dalam arti
yang lebih teknis.
Dalam arti filsafat yang sempit, realisme
berarti anggapan bahwa obyek indera kita adalah real, benda-benda ada, adanya
itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan
atau ada hubungannya dengan pikiran kita. Bagi kelompok realis, alam itu, dan
satu‑satunya hal yang dapat kita lakukan adalah: menjalin hubungan yang
baik dengannya. Kelompok realis berusaha untuk melakukan hal ini, bukan
untuk menafsirkannya menurut keinginan atau kepercayaan yang belum dicoba
kebenarannya. Seorang realis bangsa Inggris, John Macmurray mengatakan:
Kita tidak bisa melpaskan diri dari fakta bahwa
terdapat perbedaan antara benda dan ide. Bagi common sense biasa, ide adalah
ide tentang sesuatu benda, suatu fikiran dalam akal kita yang menunjuk suatu
benda. Dalam hal ini benda dalah realitas dan ide adalah 'bagaimana benda itu
nampak pada kita'. Oleh karena itu, maka fikiran kita harus menyesuaikan diri
dengan benda-benda , jika mau menjadi benar, yakni jika kita ingin agar ide
kita menjadi benar, jika ide kita cocok dengan bendanya, maka ide itu salah dan
tidak berfaedah. Benda tidak menyesuaikan dengan ide kita tentang benda
tersebut. Kita harus mengganti ide-ide kita dan terus selalu menggantinya
sampai kita mendapatkan ide yang benar. Cara berpikir common sense semacam itu adalah cara yang
realis; cara tersebut adalah realis karena ia menjadikan 'benda' adalah bukan
'ide' sebagai ukuran kebenaran, pusat arti. Realisme menjadikan benda itu dari
real dan ide itu penampakkan benda yang benar atau yang keliru[1]
. Realisme menegaskan bahwa sikap common sense yang
diterima orang secara luas adalah benar, artinya, bahwa bidang aam atau obyek
fisik itu ada, tak bersandar kepada kita, dan bahwa pengalaman kita tidak
mengubah watak benda yang kita rasakan [2]
2. Jenis-jenis Realisme
Realisme adalah suatu istilah yang meliputi
bermacam-macam aliran filsafat yang mempunyai dasar-dasar yang sama. Sedikitnya
ada tiga aliran dalam realisme modern. Pertama, kecenderungan kepada
materialisme dalam bentuknya yang modern. Sebagai contoh, materialisme mekanik
adalah realisme tetapi juga materialisme. Kedua, kecenderungan terhadap
idealisme. Dasar eksistensi mungkin dianggap sebagai akal atau jiwa yang
merupakan keseluruhan organik. James B. Pratt dalam bukunya yang berjudul Personal Realism mengemukakan
bahwa bentuk realisme semacam itu, yakni suatu bentuk yang sulit dibedakan dari
beberapa jenis realisme obyektif. Ketiga, terdapat kelompok realis yang
menganggap bahwa realitas itu pluralistik dan terdiri atas bermacam-macam
jenis; jiwa dan materi hanya merupakan dua dari beberapa jenis lainnya. Apa
yang kadang-kadang dinamakan realisme Platonik atau konseptual atau klasik
adalah lebih dekat kepada idealisme modern daripada realisme modern.
Jika realisme itu benar, akibatnya mungkin ada suatu
gereja universal yang mempunyai dogma yang berwibawa. Semua manusia berdosa
karena Adam berdosa, dan doktrin penebusan dan karya Kristus dapat diterapkan
kepada seluruh umat manusia. Tetapi jika nominalisme itu yang benar, maka hanya
gereja partikular lah yang riil; selain itu, dosa Adam dan penebusan tidak
berlaku lagi bagi tiap orang, dan kita bebas untuk mengganti dekrit-dekrit
gereja dengan keputusan-keputusan pribadi. Gereja Abad Pertengahan membantu
realisme, karena nominalisme condong untuk mengurangi kekuasaan gereja.
Aristoteles adalah lebih realis, dalam arti modern,
dari pada gurunya, Plato. Aristoteles merupakan seorang filosuf pertama. Ia
menciptakan cabang pengetahuan itu dengan menganalisis problem-problem tertentu
yang timbul dalam hubungannya dengan penjelasan ilmiah. Aristoteles lahir pada
tahun 384 SM di Stagira, sebuah kota Thrace. Ayahnya meninggal tatkala ia masih
muda. Ia diambil oleh Proxenus, dan orang ini memberikan pendidikan yang
istimewa kepadanya. Tatkala Aristoteles berumur 18 tahun, ia dikirim ke Athena
dan dimasukkan ke Akademia Plato.[3] Ia
mempunyai bakat mengatur cara berpikir serta merumuskan kaidah dan
jenis-jenisnya yang kemudian menjadi dasar berpikir dalam banyak bidang ilmu
pengetahuan. Ia tak pernah terjeblos dalam rawa-rawa mistik ataupun ekstrem. Ia
senantiasa bersiteguh mengutarakan pendapat-pendapat praktis.[4]
Perkembangan penting dalam filsafat dibantu oleh
klasifikasi yang diusulkan oleh Aristoteles. Ia tertarik pada fakta yang
spesifik dan juga yang umum(universal). Ia biasanya memulai dari gejala
particular menuju konklusi universal. Jadi, induksi menuju generalisasi. Agak
berbeda dengan Plato, ia sangat tertarik pada pengetahuan kealaman dalam
filsafatnya, dan karena itu ia mementingkan observasi. Di dalam dunia filsafat
Aristoteles terkenal sebagai bapak logika. Logikanya disebut logika tradisional
karena nantinya berkembang dengan apa yang disebut logika modern. Logika
Aristoteles itu juga sering disebut logika formal.[5]
Aristoteles juga mempelopori penyelidikan ihwal
logika, memperkaya hampir setiap cabang falsafah, dan memberi sumbangsih tak
terkira besarnya terhadap ilmu pengetahuan. Yang paling penting dari apa yang
pernah dilakukan Aristoteles adalah pendekatan rasional yang senantiasa
melandasi karyanya. Tercermin dalam tulisan-tulisan Aristoteles bahwa setiap
segi kehidupan manusia atau masyarakat selalu terbuka untuk objek dan
pemikiran. Filsafat Aristoteles berkembang ketika ia memimpin Lyceum. Ia
berhasil membuat sejumlah karya, termasuk enam karya tulisnya yang membahas
masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting.[6]
Pada Aristoteles kita menyaksikan bahwa pemikiran
filsafat lebih maju, dasar-dasar sains diletakkan. Tuhan dicapai dengan akal,
tetapi ia percaya pada tuhan. Bila orang-orang sufis banyak menganggap manusia
tidak mampu memperoleh kebenaran, namun menurut Aristoteles, manusia dapat
mencapai kebenaran. Bagi Aristoteles yang nyata bukan yang bersifat umum
(universal ),namun yang bersifat khusus(particular). Hidup bagaimanpun juga
berada dan bercampur dengan yang khusus itu (alam nyata,bunga mawar nyata,dst).
Dan kita tak pernah menemukan yang umum (alam ide, mawar ide,dst). Jadi, yang
ada adalah yang konkret; meja, bunga mawar, kupu-kupu, dan lainnya yang biasa
dapat kita amati dengan indera. Diluar benda-banda konkret, atau selain benda-benda
konkret itu tak isa disebut sebagai ada. Pengertian-pengertian umum hanya
mengungkapkan apa yang dimiliki bersama oleh sekelompok benda. Pengertian umum
itu hanya sebutan saja, bukan bendanya sendiri. Yang khusus itu
(particular)dikaitkan dengan istilah substansi, yaitu benda yang dapat ada
tanpa tergantung pada yang lain. “benda” semcam ini bukan hanya sekedar forma
atau sebongkah bahan . Benda semacam ini justru gabungan antara bahan dan
forma.
Universal bagi aristoteles tidak pernah bisa
mandiri. Yang universal ada dan bisa dikenali ketika bersama didalam hal-hal
konkret. Misalnya, kata cinta tak bisa dikenali begitu saja tanpa terkait
didalam benda-banda konkret; demikian pula dengan kata “manusia” tak akan
dipahami jika ia tak terkait dengan
Jono, Husni,dll. Aristoteles adalah orang yang pertama kali membicarakan
substansi, ia menggunakan kata ousia
(keadaan ). Ousia dimaksudkan Aristoteles sebagai barang konkret yang ada, yang
terdiri dari bahna dan bentuk. Kita dapat bertanya, apakah berjalan, berada
dalam keadaan sehat, dn duduk, masing-masingberada pada dirinya sendiri. [7]
Logika Aristoteles juga berkenaan dengan definisi.
Definisi adalah pengertian yang bisa kita berikan pada suatu hal. Bagi
Aristoteles pengertian tentang sesuatu tersusun dari genus proximum( ciri khas, yang spesifik). Kita tak pernah bisa
menyatakan bahwa kucing adalah kucing, kita dapat mengenali kucing karena kita
bisa menemukan bahwa ia adalah binatang erkaki empat yang mengeong. Dengan cara
ini ditemukanlah bahwa kucing yang kita bicarakan adalah kucing yag konkret berbeda
dengan anjing, kuda dan manusia. Aristoteles memberikan satu titik acuan pada
saat kita memikirkan perubahan. Yaitu bahwa dari semua yang tampak berubah
sebenarnya terdapat satu unsur yang tetap, substansi. Ia menjadi tempat
bergantungnya berbagai unsur dari sesuatu. Jiwa disebut sebagai substansi diri
manuasia, jika semua unsure dalam diri manusia bergantung pada jiwa. Isilah ini dihubungkan dengan
aksiden, yaitu kualitas suatu benda yang tanpa dirinya benda itu tetap ada.[8]
Aristoteles adalah seorang pengamat yang
memperhatikan perincian benda-benda individual. Ia merasa bahwa realitas
terdapat dalam benda-benda konkrit atau dalam perkembangan benda-benda itu.
Menurut Aristotelas, realitas yang objektif tidak saja tertangkap dengan
pengertian, tetapi juga bertepatan dengan dasar-dasar metafisika dan logika
yang tertinggi. Dasar itu ada tiga:
·
Semua
yang benar harus sesuai dengan adanya sendiri. Tidak mungkin ada kebenaran kalu
didalamnya ada pertentangan. Ini terkenal sebagai hokum identika
·
Dari
dua pertanyaan tentang sesuatu, jika yang satu membenarkan dan yang lain
menyalahkan, hanya satu yang benar. Ini disebut hukum penyangkalan ukum itu tidak
saja berlaku bagi (kontradikta). Inilah menurut Aristoteles yang terpenting
dari segala prinsip
·
Antara
dua pertanyaan yang bertentangan menyiagakan dan meniadakan, tidak mungkn ada
pertanyaan yang ketiga. Dasar ini disebut hukum penyingkiran yang ketiga.
Aristoteles berpendapat bahwa ketiga hokum itu tidak
saja berlaku bagi jalan pikiran, tetapi juga seluruh alam takluk kepadanya. Ini
menunjukkan bahwa dalam dalam hal membanding dan menarik kesimpulan harus
mengutamakan yang umum.[9]
Dunia yang
riil adalah dunia yang kita rasakan sekarang, dan bentuk serta materi tidak
dapat dipisahkan. Dari abad ke-12, pengaruh Aristoteles condong untuk
menggantikan pengaruh Plato. Thomas Aquinas (1224-1274) menyesuaikan metafisika
Aristoteles dengan teologi Kristen dan berhasil memberikan gambaran yang
sempurna tentang filsafat skolastik Abad Pertengahan. Sintesanya yang besar itu
dibentuk dalam tradisi realis.
Di Amerika Serikat, pada dasawarsa pertama abad
ke-20 timbul dua gerakan realis yang kuat, yaitu new realism atau neorealisme
dan critical realism. Neorealisme adalah serangan terhadap idealisme dan
critical realism adalah kritik trhadap idealisme dan neorealisme. Pembicaraan
dipusatkan di sekitar problema teknik dari epistimologi dan metafisik.
Dasawarsa pertama dari abad ke-20 adalah periode gejolak intelektual. Pada
tahun 1910 muncul enam orang guru filsafat di Amerika Serikat. Mereka membentuk
suatu kelompok pada tahun 1912 dan menerbitkan bersama suatu buku dengan judul
The New Realism.
Kelompok Neorealis menolak subyektivisme, monisme,
absolutisme (percaya kepada sesuatu yang mutlak dan yang tanpa batas), segala
filsafat mistik dan pandangan bahwa benda-benda yang non-mental itu diciptakan
atau diubah oleh akal yang maha mengetahui. Mereka mengaku kembali kepada
doktrin common sense tentang dunia yang riil dan obyektif dan diketahui secara
langsung oleh rasa indrawi. "Pengetahuan tentang suatu obyek tidak
mengubah obyek tersebut". Pengalaman dan kesadaran kita bersifat selektif
dan bukan konstitutif; ini berarti bahwa kita memilih untuk memperhatikan
benda-benda tertentu lebih daripada yang lain; kita tidak menciptakan atau
mengubah benda-benda tersebut hanya karena kita mengalaminya. Sebagai contoh,
kata "ada satu kursi di ruangan ini" tidak akan dipengaruhi oleh
adanya pengalaman kita atau tidak adanya pengalaman kita tentang kursi
tersebut. Kelompok neorealis menerangkan bahwa di samping keyakinan-keyakinan
pokok ini, tidak terdapat suatu pun filsafat hidup yang memadai, atau suatu
jawaban yang pasti tentang pertanyaan mengenai soal-soal seperti akal,
kemerdekaan, maksud dan 'yang baik'. Walaupun begitu, beberapa pemikir telah
menyusun filsafat yang lengkap dari aliran new realism.[10]
Selama dasawarsa 1910-1920 ada tujuh orang yang
membentuk suatu filsafat yang agak berlainan. Pada tahun 1920, mereka
menerbitkan buku dengan judul Essays in Critical Realism. Walaupun mereka itu
setuju dengan kelompok neorealis, bahwa eksistensi benda itu tidak bersandar
kepada pengetahuan tentang benda tersebut, mereka mengkritik neorealis karena
mengadakan hubungan antara obyek dan pengamat; dan hubungan itu sangat
langsung. Kelompok critical realist tidak berpendapat bahwa kesadaran atau
persepsi tentang benda-benda itu bersifat langsung dan tanpa perantara sebagai
yang dikira oleh kelompok neorealis.
Benda-benda di luar kita sesungguhnya tidak berada
dalam kesadaran kita; yang ada dalam kesadaran kita hanya data rasa
(gambaran-gambaran mental). Data rasa menunjukkan watak dari dunia luar serta
watak dari akal yang mempersepsikan. Kita tidak bisa melangkah lebih jauh dari
data rasa kepada obyeknya kecuali dengan jalan inference. Dengan begitu maka
kita mempuyai, pertama, akal yang mempersepsi, orang yang mengetahui atau
organisme yang sadar. Kedua, obyek dengan kualitas primer. Ketiga, data rasa
yang Kelompok critical realist mengira bahwa data rasa memberi kita hubungan
langsung dengan obyek. Indra sering menunjukkan obyek-obyek dan dengan begitu
indra itu menjelaskan kepada kita watak dari dunia luar. Lebih jauh, kelompok
critical realist percaya bahwa pendekatan ini memungkinkan kita untuk memahami
dan menjelaskan ilusi, halusinasi, dan kesalahan-kesalahan lain karena data
rasa dapat keliru.
Kelompok realis membedakan antara obyek pikiran dan
tindakan pikiran itu sendiri. Pada umumnya, kaum realis menekankan teori
korespondensi untuk meneliti kebenaran pernyataan-pernyataan. Kebenaran adalah
hubungan erat putusan kita kepada fakta-fakta pengalaman atau kepada dunia
sebagaimana adanya. Kebenaran adalah kepatuhan kepada realitas yang obyektif.
Seorang realis menyatakan, ia tidak menjauhkan diri dari fakta yang nyata. ia
menekan kemauan-kemauan dan perhatian-perhatiannya dan menerima perbedaan dan
keistimewaan benda-benda sebagai kenyataan dan sifat yang menonjol dari dunia.
Ia bersifat curiga terhadap generalisasi yang condong untuk menempatkan segala
benda di bawah suatu sistem.
Kebanyakan kaum realis menghormati sains dan
menekankan hubungan yang erat antara sains dan filsafat. Tetapi banyak di
antara mereka yang bersifat kritis terhadap sains lama yang mengandung dualisme
atau mengingkari bidang nilai. Sebagai contoh, Alfred North Whitehead yang
mencetuskan 'filsafat organisme'. Ia mengkritik pandangan sains yang
tradisional yang memisahkan antara materi dan kehidupan, badan dan akal, alam
dan jiwa, substansi dan kualitas-kualitas. Pendekatan semacam itu mengosongkan
alam dari kualitas indra dan condong untuk mengingkari nilai etika, estetika
dan agama. Metodologi Newton menyebabkan sukses dalam sains fisik akan tetapi
menjadikan alam tanpa arti dan tanpa nilai; banyak orang yang mengatakan bahwa
nilai dan ideal adalah khayalan belaka dan tidak mempunyai dasar yang obyektif.
Sikap semacam itu adalah akibat abstraksi dan penekanan beberapa aspek realitas
serta menganggap sepi aspek-aspek lain. Whitehead menamakan proses abstraksi
ini fallacy of misplaced concretness. Hal ini terjadi jika seseorang
memperhatikan suatu aspek dari benda dan menganggapnya sebagai keseluruhan.
Dengan cara ini, maka garis-garis yang arbitrair (sewenang-wenang) digambarkan
antara apa yang dianggap penting oleh penyelidik dan apa yang ia ingin untuk
mengusulkan sebagai tidak benar.
[3]
Imron. S.Ag. M.A, filsafat umum,Noer
fikri offset,Palembang, hal 56-57
[4]
Wahyu murtiningsih,para filsuf dari plot
sampai ibnu bajjah,IRCiSoD, Jogjakarta, hal 56
[5]
Imron. S.Ag. M.A, filsafat umum,noer
fikri offset,Palembang, hal 58
[6]
Wahyu murtiningsih,para filsuf dari plot
sampai ibnu bajjah,IRCiSoD, Jogjakarta, hal 54-55
[9] Atang abdul hakim. Filsafat umum dari metologi sampai
teofilosofi. CV.Pustaka Setia,Bandung hal:226
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking